Aroma Kopi Indonesia hingga Pasar Eropa dan Australia

Siapa sangka kopi Bali yang harganya lebih mahal dari kopi Brazil ternyata malah menjadi pilihan di pasar internasional seperti Eropa dan Australia. Pilihan itu lantaran kualitas tinggi kopi Indonesia, khususnya Bali.

oleh Dewi Divianta diperbarui 09 Okt 2021, 07:00 WIB
Ilustrasi Kopi Indonesia.

Liputan6.com, Denpasar - Siapa sangka aroma kopi dari Indonesia menjadi minuman favorit masyarakat Eropa dan Australia. Ya. Kopi asal dari Indonesia dikenal memiliki kualitas tinggi sehingga mengalahkan kopi asal Brazil. Hal itu diungkapkan Kepala ITPC Sydney Ayu Siti Maryam. Kopi Indonesia tetap diminati pasar Eropa dan Australia, meskipun harganya jauh lebih mahal dibanding kopi asal Brazil dan Columbia.

Ayu menyampaikan itu dalam Talkshow yang digelar Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bali dengan topik "Peluang dan Tantangan Ekspor Kopi ke Eropa dan Australia" sebagai rangkaian acara "Bali Jagadhita Culture Week 2021" (BJCW 2021).

Ia menyebut, pasar di Eropa dan Australia lebih menyukai impor biji kopi karena mereka sendiri yang akan memanggang biji kopi sesuai selera master roaster.

"Untuk melindungi tenaga kerja lokal. Oleh karena itu, bea masuk kopi roasted lebih tinggi dibanding biji kopi," kata Ayu di Denpasar, Kamis (7/10/2021).

Ayu menambahkan, peluang ekspor kopi ke Australia sangat terbuka lebar karena bea masuk yang dikenakan sebesar 0% dan sebagian besar masyarakat Australia lebih gemar minum kopi yang dijual di kedai kopi kecil. Kopi Indonesia sangat diminati oleh penduduk Eropa dan Australia karena kualitasnya lebih tinggi, meskipun harganya lebih mahal dibanding kopi Brazil dan Columbia.

"Petani kopi Indonesia harus percaya diri untuk dapat mengekspor ke negara-negara di Eropa dan Australia," ujar dia.

Sementara itu, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Rizki Ernadi Wimanda menyampaikan kegiatan BJCW 2021 yang selaras dengan kegiatan flagship Bank Indonesia yaitu Karya Kreatif Indonesia (KKI) yang mengangkat tema 'Sinergi, Globalisasi, dan Digitalisasi UMKM, dan Sektor Pariwisata'.

 

Simak video pilihan berikut ini:


Petani Kopi Indonesia Harus Percaya Diri

Infografis Kopi-Kopi Indonesia yang Jadi Primadona. (Liputan6.com/Trieyasni)

Berdasarkan hasil survei Bank Indonesia terhadap 63 UKM yang ada di kawasan Bali dan Nusa Tenggara, 56% UKM mengalami penurunan penjualan di semester I 2021.

Pemberlakuan PPKM darurat di bulan Juli memperparah penurunan penjualan menjadi 73%. Sebagian besar (39%) mengalami penurunan antara 20-50%.

Tak hanya itu, penggunaan e-commerce dalam penjualan produk ke luar negeri juga masih minim. Hanya 11% yang memanfaatkan e-commerce lokal dan hanya 2% yang memanfaatkan e-commerce global, seperti AliBaba untuk komoditas kopi.

Menurutnya, Indonesia menduduki peringkat ke-3 pengekspor kopi terbesar setelah Brazil dan Vietnam, serta produsen kopi terbesar ke-4 di dunia. Balai Karantina Pertanian Denpasar mencatat ekspor biji kopi Bali pada 2020 mengalami peningkatan cukup signifikan hingga 47%.

Rizki berharap kegiatan ini dapat memberikan pengetahuan kepada UMKM lokal terkait tren pasar dan standar yang diperlukan untuk mulai bisa mengekspor produk kopi, khususnya ke pasar Eropa dan Australia

Mery Indriasari selaku Atase Perdagangan Brussel menjelaskan keuntungan yang didapat UMKM jika berhasil masuk ke pasar Uni Eropa adalah sistem single market atau custom union. Pemasaran sebuah produk tidak hanya ke satu negara saja, tetapi juga ke beberapa negara di Uni Eropa.

"Produk yang ingin dipasarkan harus berdaya saing tinggi, terstandardisasi dan mengikuti tren perkembangan dimana produk yang digemari konsumen Eropa saat ini adalah produk yang ramah lingkungan dan sehat," katanya memungkasi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya