Manusia Berkualitas Tidak Hanya Bugar Fisik tapi Juga Sehat Jiwa

Plt.Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS mengatakan bahwa isu kesehatan jiwa perlu mendapat perhatian.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 08 Okt 2021, 11:00 WIB
Ilustrasi kesehatan jiwa. Foto: (Ade Nasihudin/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Plt.Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS mengatakan bahwa isu kesehatan jiwa perlu mendapat perhatian.

“Manusia berkualitas tidak hanya ditandai dengan kesehatan fisik tapi juga kesehatan jiwanya agar menjadi produktif, kreatif, dan berdaya saing,” kata Maxi dalam konferensi pers daring Kemenkes, Rabu (6/10/2021)

Untuk meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan jiwa, Kemenkes turut memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang jatuh setiap 10 Oktober. Tema yang diusung tahun ini adalah Mental Health in an Unequal World.

“Tema tersebut mengamanatkan bahwa setiap negara perlu lebih memudahkan akses kesehatan jiwa agar kesehatan jiwa masyarakat bisa terjamin dan setara dengan kesehatan lainnya.”

Maxi berpesan, di Hari Kesehatan Jiwa ini masyarakat dapat lebih menjaga kesehatan diri dan tetap menerapkan protokol kesehatan agar terhindar dari infeksi COVID-19.

“Serta menjaga kesehatan jiwa dengan menciptakan situasi yang aman dan nyaman bagi keluarga kita.”


Penyebab Bunuh Diri

Maxi menambahkan, gangguan jiwa atau gangguan mental mengalami peningkatan selama masa pandemi COVID-19.

Berbagai pembatasan yang diterapkan selama pandemi turut andil dalam meningkatkan kecemasan dan depresi di kalangan masyarakat.

Bahkan sebelum pandemi pun, gangguan jiwa menjadi hal yang membawa dampak besar bagi kelangsungan hidup manusia.

“WHO (World Health Organization) mencatat di data global tahun 2012 menunjukkan 13 persen dari beban penyakit global adalah dengan gangguan mental, neurologis, termasuk penggunaan narkoba.”

Bahkan, data WHO pada 2018 menunjukkan, setiap 40 detik seseorang meninggal karena bunuh diri. Praktik bunuh diri menjadi penyebab kematian kedua terbanyak di dunia terutama di kalangan usia 15 hingga 29 tahun.

“Dan 79 persen terjadi di negara berpenghasilan rendah sampai menengah.”


Kasus Bunuh Diri per Tahun

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) pada 2016 menunjukkan kasus bunuh diri per tahun sebanyak 1.800 orang atau 5 orang dalam sehari.

“Sama dengan data WHO, hampir 50 persen (47,7 persen) orang bunuh diri itu di usia remaja dan usia produktif,” pungkasnya.

 


KONTAK BANTUAN

Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda Depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.

Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku

Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.

Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.


Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19

Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya