Liputan6.com, Garut - Puluhan remaja di Garut, Jawa Barat, dikabarkan terpapar paham radikal Negara Islam Indonesia (NII) yang dipimpin seorang remaja berusia 15 tahun. Terkait hal itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Garut, KH Sirodjul Munir menyebut, paham NII lebih berbahaya dari Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Munir juga mengatakan, temuan kasus itu harus menjadi perhatian khusus pemerintah. "Paham NII yang tersebar di Garut ini sudah krusial dan lebih berbahaya dibanding ISIS," ujarnya, Kamis (7/10/2021).
Menurutnya, perkembangan paham radikal NII bukan pertama kali ditemukan di Garut, selama bertahun-tahun paham radikal itu terus merongsong keberlangsungan persatuan dan kesatuan bangsa.
Advertisement
"Keberadaan NII jika dibiarkan dinilainya akan sangat berpeluang untuk terus tumbuh dan berkembang hingga akan menjadi besar," kata dia.
Ceng Munir, begitu panggilan akrabnya juga menyatakan, keberadaan kelompok NII tidak bisa dilepaskan dari sepak terjang sosok Kartosoewirjo, pendiri sekaligus inisiator pendirian negara Darul Islam Indonesia.
Salah satu pejuang tanah air seangkatan Presiden Soekarno itu, dengan tegas menyatakan keinginannya untuk mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) yang diproklamirkan 1948 silam.
"Kartosoewirjo membentuk negara baru yakni Negara Islam Indonesia (NII) sebagai dalih atas serangan militer Belanda atas Indonesia," kata dia.
Sekretaris MUI Kecamatan Garut Kota, Aceng Amirudin, penyebaran faham radikal NII tidak hanya di kelurahan Sukamentri, namun juga sudah meyebar di beberapa kelurahan lain di wilayah Garut kota seperti Regol dan Kota Wetan.
"Untuk tingkat kecamatan, mereka juga ada di wilayah Kecamatan Cibatu dan Limbangan," ujar dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Faktor Pendukung
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Garut, Wahyudijaya menyatakan masuknya puluhan remaja ke dalam wadah Negara Islam Indonesia (NII) karena beberapa faktor pendukung.
Minimnya pengetahuan agama, serta lemahnya ekonomi menjadi salah penyebab terpaparnya mereka oleh faham radikal tersebut.
"Ada juga anak-anak yang masih dalam proses pencarian jati diri sehingga mereka begitu mudah terpengaruh oleh hal-hal yang dianggapnya berani," kata dia.
Kondisi itu didukung lingkungan sekitar melalui pertemanan sesama remaja, untuk meyakinkan kebenaran doktrin atau faham radikal NII sebagai solusi untuk menyelesaikan persoalan mereka.
"Sehingga pengaruh orang tersebut dapat dengan mudah masuk dan mempengaruhinya," kata dia.
Namun demikian, setelah melakukan koordinasi dengan para pemangku kebijakan di Garut, para anggota dari kelompok remaja yang terpapar, menyatakan keluar dan siap kembali ke dalam kehidupan keluarga mereka.
'Mereka tetap memerlukan pembinaan yang melibatkan berbagai unsur dan ini harus dilakukan secara intensif,' kata dia mengingatkan.
Advertisement