Liputan6.com, Jakarta Malaysia sebagai negara multibahasa, dengan penduduk setempat yang berbicara dengan berbagai bahasa mulai dari Bahasa Malaysia hingga Mandarin, Tamil hingga bahasa Pribumi Sabah dan Sarawak.
Namun, salah satu penyapu Lingkungan SWM memutuskan untuk juga memanfaatkan kesempatan itu untuk mempelajari bahasa para turis yang ditemuinya di Mersing, Johor.
Baca Juga
Advertisement
Dilansir Liputan6.com dari World of Buzz pada Jumat (8/10/2021), berdasarkan laporan Kosmo!, Mohamad Azizi Bahuddin, yang melakukan tukang sapu jalan di sekitar pusat kota Mersing dan tempat-tempat wisata, sekarang dapat berbicara dalam 11 bahasa asing.
Pria berusia 42 tahun itu bisa berbicara bahasa Jerman, Spanyol, Italia, Jepang, Cina, Belanda, Norwegia, Denmark, Ukraina, Ceko dan Rusia. Selain kefasihan berbahasa asingnya, Mohamad Azizi juga telah menerima penghargaan karyawan yang luar biasa dari SWM Environment, penyedia layanan pengelolaan sampah dan kebersihan terpadu.
Belajar dari Turis
Mohamad Azizi, ayah satu anak, tertarik belajar bahasa asing setelah melihat turis lebih suka berbicara dalam bahasa ibu daripada bahasa Inggris.
"Sebelum pandemi Covid-19 dimulai, sebagai penyapu, saya sering bertemu dengan turis asing yang ingin pergi berlibur. Mereka menghabiskan banyak waktu di terminal angkutan umum Mersing sambil menunggu perjalanan mereka ke pulau-pulau terdekat. Saya selalu dihentikan dan dirujuk oleh turis asing untuk mendapatkan informasi sampai sekarang saya bisa berbicara bahasa dasar negara asing," ungkapnya.
"Lagi pula, ketika saya mendekati mereka dalam bahasa Inggris, mereka tidak terlalu menyukainya dan tidak bisa diganggu olehnya, terutama turis dari Rusia," lanjut pria 42 tahun itu.
Advertisement
Menginspirasi Warganet
Mohamad Azizi menginspirasi netizen saat ia mewujudkan ungkapan "jangan menilai buku dari sampulnya". Dia mencatat bahwa belajar bahasa asing bisa sulit karena nada pengucapan yang berbeda tetapi dia berusaha untuk menuliskan kata-kata agar tidak lupa.
"Kemampuan ini akan saya tingkatkan untuk memudahkan saya dalam berbagi informasi wisata, membantu orang asing dan menciptakan citra positif Kabupaten Mersing, selain tanggung jawab utama saya menjaga kebersihan di kawasan tersebut," imbuhnya.
Padahal, sejak pandemi Covid-19 dimulai, dia mengaku merasa miris dengan sepinya wisatawan di daerah itu selama lebih dari setahun.
Harapannya dengan selesai vaksinasi, perbatasan internasional dapat dibuka kembali dan wisatawan dapat kembali mengunjungi Mersing, sehingga Mohamad Azizi dapat terus mengasah kemampuan bahasanya.