Oktober Bikin Khawatir Pelaku Pasar di Wall Street, Bagaimana Prediksi 2021?

Oktober dinilai menjadi salah satu bulan menakutkan di wall street. Lalu bagaimana prediksi pada Oktober 2021?

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Okt 2021, 09:46 WIB
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Liputan6.com, New York - Oktober menjadi bulan menakutkan di wall street atau bursa saham Amerika Serikat (AS). Saham terkenal berjatuhan pada Oktober 1929, 1987, dan 2008.

Meskipun begitu, pasar saham tidak selalu menjadi tempat yang menakutkan sebelum Halloween. Tidak jarang kenaikan harga saham terjadi pada Oktober.

Berdasarkan data dari Chief Market Strategist di LPL Financia Ryan Detrick, Oktober berada di pertengahan. Bulan terbaik ketujuh untuk S&P 500 sejak 1950 dan terbaik keempat selama 10-20 tahun terakhir.

"Oktober terkenal dengan beberapa kebangkrutan spektakuler dan banyak yang memperkirakan hal buruk akan terjadi tahun ini. Tetapi kenyataannya bulan ini hanya disalahpahami pelaku pasar. Secara retoris ini (bulan Oktober) merupakan kisaran satu bulan rata-rata,” ujar Detrick dalam laporan pekan lalu, dikutip dari laman CNN, ditulis pada Sabtu (9/10/2021).

Keadaan itu bahkan bisa lebih baik daripada Oktober. Sebab tidak ada hasil pemilu yang berpotensi ubah permainan pasar pada November.

Bermula pada 1999, S&P 500 telah naik 3,6 persen pada Oktober tahun ganjil dan turun 1,1 persen pada bulan genap. Pergerakan ini sesuai dengan jadwal pemilu Amerika Serikat (AS).

"Ternyata saham tidak terlalu suka politik,” tambahnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Saham Masih Menjanjikan

Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Berita utama dari Washington DC berpotensi mengguncang pasar tahun ini, walaupun bukan karena pemilihan. Seperti perdebatan batas utang. Kongres juga belum bisa meloloskan infrastruktur dan rencana pengeluaran sosial Presiden Joe Biden.

Ditambah lagi Biden harus segera memutuskan siapa ketua the Federal Reserve atau bank sentral AS. Apakah Biden ingin Jerome Powell memperpanjang masa jabatan keduanya di Bank Sentral AS atau memilih orang baru.

"Kuartal IV merupakan waktu drama itu (pasar saham) dimulai,” tutur Chairman Of

Navellier &Associates Louis Navellier, pekan lalu. Navellier berharap penarikan musiman terjadi seperti biasa di pasar. Kemudian ekonomi dapat lebih meluas sehingga dapat mengangkat nilai saham tahun ini.


Sentimen yang Perlu Diwaspadai

Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Saham cenderung menikmati pergerakannya. Tidak hanya keuntungan yang penuh pada Oktober, tetapi termasuk untuk sisa kuartal IV tahun ini.

Belanja konsumen melonjak selama musim belanja liburan. Bisnis berupaya meningkatkan investasi sebelum anggaran tahunan habis.

Mengingat hal itu, beberapa akhir strategi berpikir para investor akan berfokus pada tren positif ini untuk pendapatan kuartal IV dan awal 2022. Kekhawatiran COVID-19 masih tetap ada.

Selain itu sentimen lainnya adalah kebijakan the Fed pada November, inflasi AS, penundaan pengiriman global, dan banyak tanda peringatan ekonomi lainnya.

Meskipun demikian, situasi ini dapat menciptakan lebih banyak volatilitas lebih banyak pada Oktober dan sisa kuartal IV daripada volatilitas bulan biasanya. Hanya sedikit orang yang memperkirakan tantangan ini akan mengarah ke resesi. Jalur resistensi paling kecil untuk saham bergerak naik.

"Hampir semua masalah ini menunjukkan tanda-tanda nyata menuju penyelesaian dan seharusnya tidak menimbulkan kerusakan jangka panjang pada valuasi saham,” tulis Managing Director di Silvercrest Asset Management Robert Teeter dalam sebuah laporan Senin, 4 Oktober 2021.

 

Reporter: Ayesha Puri

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya