Liputan6.com, Jakarta - Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) mendekralasikan untuk pertama kalinya bahwa akses ke "lingkungan yang aman, bersih, sehat, dan berkelanjutan" adalah hak asasi manusia (HAM). Ini diputuskan terlepas dari kritik beberapa negara, termasuk Amerika Serikat dan Inggris.
Menjelang sesi UNHCR, melansir CNN, Sabtu (9/10/2021), resolusi baru yang diusulkan Costa Rica, Maladewa, Maroko, Slovenia, dan Swiss ini disahkan dengan dukungan yang signifikan dari 43 suara. Sementara Rusia, India, Tiongkok, dan Jepang abstain.
Baca Juga
Advertisement
Pemungutan suara, yang dilakukan beberapa minggu sebelum KTT COP26 di Glasgow, Skotlandia, juga menciptakan peran Pelapor Khusus untuk mengatasi HAM dari perubahan iklim. Pelapor khusus adalah pakar HAM independen bermandat melaporkan dan memberi nasihat tentang HAM dari perspektif tematik atau spesifik.
Kepala Dewan HAM Michelle Bachelet mengatakan, mengakui hak asasi manusia atas lingkungan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan adalah tentang melindungi manusia dan planet. "(Ini tentang) udara yang kita hirup, air yang kita minum, dan makanan yang kita makan," tuturnya.
Bachelet mengaku bersyukur karena keputusan itu dengan jelas mengakui degradasi lingkungan dan perubahan iklim sebagai bagian dari krisis HAM. "Tindakan berani diperlukan untuk memastikan resolusi tentang hak atas lingkungan yang sehat ini berfungsi sebagai batu loncatan guna mendorong kebijakan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang akan melindungi manusia dan alam," tuturnya.
Pemungutan suara mengakui kerusakan yang ditimbulkan perubahan iklim dan perusakan lingkungan pada jutaan orang di seluruh dunia. "Ini juga menggarisbawahi bahwa segmen populasi yang paling rentan terdampak lebih akut," bunyi keterangan resminya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Implikasi Besar Hak-Hak Anak
Direktur Global Kemiskinan Anak, Iklim, dan Perkotaan di Save the Children Yolande Wright memuji resolusi tersebut, mencatatnya sebagai "implikasi besar bagi hak-hak anak untuk masa depan yang aman dan berkelanjutan." "Kedua resolusi yang diadopsi hari ini oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB menunjukkan bahwa akhirnya orang-orang yang bertanggung jawab mendengarkan apa yang dikatakan anak-anak," katanya.
"Anak-anak yang bekerja dengan kami semakin memberi tahu kami bahwa mereka ingin melihat lebih banyak tindakan dari para pemimpin untuk membatasi krisis iklim," imbuhnya.
Direktur Eksekutif Program Lingkungan PBB Inger Andersen juga menyambut baik resolusi tersebut, menyebutnya "momen terobosan untuk keadilan lingkungan." "Keputusan ini adalah perisai bagi individu dan masyarakat dari sejumlah besar risiko terhadap kesehatan dan mata pencaharian mereka," tuturnya.
"Pengakuan hak atas lingkungan yang sehat adalah tonggak bersejarah dalam pekerjaan berkelanjutan kami untuk keadilan sosial dan lingkungan," sambung Andersen.
Advertisement
Pesan pada 1 Miliar Anak di Dunia
Lebih lanjut Andersen mengatakan, resolusi ini merupakan pesan pada satu miliar anak yang berisiko sangat tinggi terhadap dampak perubahan iklim bahwa lingkungan yang sehat juga hak mereka. "Tidak ada yang bisa mengambil alam, udara bersih dan air, atau iklim yang stabil dari kalian," tuturnya.
Ini bukan pertama kalinya PBB didorong untuk memperluas mandat lembaganya dalam mengatasi perubahan iklim. Pada pertemuan Dewan Keamanan PBB, akhir September kemarin, Irlandia mengajukan proposal untuk menambahkan ancaman perubahan iklim ke dalam agenda rutin Dewan Keamanan.
Berdasarkan laporan USA Today, di bawah kebijakan iklim global saat ini, anak-anak yang lahir pada 2021 di seluruh dunia akan menghadapi bencana iklim yang mengerikan di masa depan. Ini termasuk tingkat banjir, gelombang panas, kekeringan, kebakaran hutan, dan gagal panen yang tidak proporsional, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pekan lalu.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Science ini menemukan bahwa anak-anak yang lahir tahun ini rata-rata akan hidup di Bumi dengan tujuh kali lebih banyak gelombang panas, dua kali lebih banyak kebakaran hutan, dan hampir tiga kali lebih banyak kekeringan, banjir, dan gagal panen.
"Ini pada dasarnya berarti bahwa orang berusia kurang dari 40 tahun hari ini akan menjalani kehidupan yang belum pernah terjadi sebelumnya, bahkan di bawah skenario mitigasi perubahan iklim yang paling ketat," kata penulis utama Wim Thiery. "Hasil (studi) kami menyoroti ancaman berat terhadap keselamatan generasi muda dan menyerukan pengurangan emisi drastis untuk melindungi masa depan mereka."
Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan
Advertisement