Liputan6.com, Denpasar - Angin segar untuk ekspor komoditas pertanian, khususnya buah segar seperti manggis mulai berembus setelah dibukanya beberapa penerbangan langsung ke negara tujuan ekspor.
Dengan ditutupnya penerbangan internasional di Bandara I Gusti Ngurah Rai menyebabkan terhentinya ekspor yang menyebabkan terpuruknya penyerapan hasil produksi petani.
I Putu Terunanegara, Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar mengatakan Bali bisa mengirim manggis rata-rat 2-3 ton per hari untuk di ekspor ke China.
Baca Juga
Advertisement
Dari data Iqfast Karantina Denpasar, kegiatan ekspor buah segar seperti manggis sudah mulai terjadi di pekan terakhir bulan September kemarin. Pengiriman bahkan sudah mencapai delapan ton per hari.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Manggis Bali Miliki Ciri Khas Tersendiri
"Sampai saat ini, permintaan manggis dari Bali ke China, tiap hari rutin ada pengiriman," ujar I Putu Terunanegara, M.M Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar, Sabtu (10/10/2021).
Ia menyebut manggis dari Bali memiliki peminatnya tersendiri di pasar China, hal ini dikarenakan buah manggis dari Bali memiliki daging yang lebih empuk dan tidak lembek serta tampilan luarnya lebih cantik.
"Sekarang musim panen manggis sudah mulai ada di beberapa daerah di Bali, saya optimis setelah adanya pembukaan penerbangan langsung di Bandara International I Gusti Ngurah Rai, volume ekspor manggis akan melonjak naik," ucap Terunanegara.
Sementara itu, Karantina Pertanian Denpasar terus melalukan pendampingan dari hulu sampai ke hilir, sehingga produk yang dihasilkan petani terjaga kualitasnya dan pasar terus berkelanjutan.
Advertisement