Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menetapkan pemberian vaksin Zifivax diberikan sebanyak 3 kali suntikan secara intramuskular (IM) dengan interval pemberian 1 bulan dari penyuntikan pertama ke penyuntikan berikutnya.
Dosis vaksin COVID-19 produksi Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical dengan platform platform rekombinan protein sub-unit diberikan pada setiap kali suntikan sejumlah 25 mcg (0,5 mL). Lantas mengapa dosis suntik berbeda dari vaksin lain yang biasanya 2 dosis?
Baca Juga
Advertisement
Menurut Kepala BPOM RI Penny K. Lukito, jumlah dosis yang akan disuntikkan dapat dijelaskan lebih lanjut oleh pengembangnya. Dalam hal ini, PT Jakarta Biopharmaceutical Industry (JBio) yang merupakan perusahaan swasta nasional sebagai pemegang izin darurat Emergency Use Authorization/EUA) Zifivax.
"Karena dosis setiap platform tergantung, dimulai dari praklnik dan uji klinik ya bisa dilihat dosisnya berapa kali memberikan efek peningkatan titer antibodi lebih baik," ujar Penny saat Konferensi Pers Penerbitan EUA Vaksin Zifivax, ditulis Minggu (10/10/2021).
Direktur Utama PT JBio, Mahendra Suhardono menambahkan, pemberian 3 dosis terkait hasil uji klinik fase 1, 2, dan 3. Pada fase 2 dan 3, pemberian 2 dosis memang dinilai cukup, tapi 3 dosis ternyata lebih baik.
"Memang 2 dosis cukup dari sisi untuk memberi perlindungan, cuma kami enggak cukup dengan 'cukup.' Jadi, kami ingin yang excellent (sempurna), makanya kami teruskan menjadi 3 dosis," terang Mahendra.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Beri Perlindungan Sempurna dengan 3 Dosis Vaksin
Belajar dari vaksinasi lain yang memberi perlindungan jangka panjang, Mahendra Suhardono melanjutkan, biasanya diperlukan lebih dari 2 dosis.
"Kalau kita lihat vaksinasi hepatitis B, vaksinasi polio, rata-rata biasanya 3 dosis. Kemudian dari penelitian juga mengatakan bahwa tubuh ini kan perlu pembelajaran untuk memberi kekebalan yang sempurna," jelasnya.
"Jadi, dosis pertama mungkin timbul sedikit, lalu kedua lumayan, dan ketiga menjadi lebih sempurna lagi. Maka, pertimbangannya itu memang hasil penelitian dan membuktikan vaksinasi di lapangan. Bahwa tidak cukup diriset saja, tapi harus dibuktikan di lapangan."
Seperti diketahui, vaksinasi umum diberikan biasanya memerlukan pembelajaran tubuh untuk membentuk kekebalan yang sempurna. Secara teknis, Zifivax sama seperti vaksin yang lainnya dengan platform teknologi protein rekombinan yang sudah biasa dipakai.
"Kalau Ibu/Bapak tahu, vaksin hepatitis B itu juga platformnya protein rekombinan. Dan kadang butuh juga dosis ketiga," pungkas Mahendra.
Menyimak penjelasan Mahendra soal vaksin Zifivax, Penny berkomentar, "Ya, semacam booster diawal, langsung 3 dosis."
Advertisement