Liputan6.com, Taipei - Kedutaan Besar China di Canberra mengecam mantan perdana menteri Australia Tony Abbott atas apa yang disebutnya sebagai "pertunjukan tercela dan gila di Taiwan".
Pada kunjungan ke Taipei untuk berpidato di forum regional minggu lalu, Abbott mengemukakan kekhawatiran bahwa Beijing "dapat menyerang dengan sangat cepat" di tengah meningkatnya ketegangan mengenai masa depan Taiwan.
Advertisement
Dikutip dari laman The Guardian, Senin (11/10/2021), Abbott juga berpendapat bahwa AS dan Australia tidak dapat berpangku tangan.
Kedutaan China memposting pernyataan singkat di situs webnya pada Sabtu (9/10) malam yang menggambarkan Abbott sebagai "politisi yang gagal dan menyedihkan".
"Penampilannya yang tercela dan gila baru-baru ini di Taiwan sepenuhnya mengekspos fitur anti-China yang mengerikan," kata seorang juru bicara kedutaan yang tidak disebutkan namanya itu.
"Ini hanya akan semakin mendiskreditkannya."
Abbott yang tiba di Taiwan pada Rabu kemarin menyatakan bahwa dia berkunjung sebagai warga negara, bukan sebagai perwakilan dari pemerintah Australia.
Abbott bertemu dengan presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, pada Kamis (7/10) dan mengatakan kepadanya bahwa dia berharap kunjungannya ke pulau yang diperintah secara demokratis itu akan membantu mengakhiri isolasinya dari komunitas internasional.
Abbott menyampaikan pidato utama di Forum Yushan pada Jumat pagi di mana dia menuduh China menunjukkan "permusuhan yang semakin besar terhadap Taiwan".
Termasuk melalui peningkatan serangan baru-baru ini oleh pesawat militer ke zona pertahanan udara Taiwan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bawa Pesan ke Australia
Pada konferensi pers Jumat kemarin, Abbott mengatakan dia akan kembali ke Australia dengan pesan kepada pemerintah tentang pentingnya melakukan "semua yang kami bisa untuk mendukung Taiwan" karena "di bawah tantangan besar dari tetangga raksasanya".
Abbott juga menggambarkan Taiwan sebagai "negara yang luar biasa" sebelum mengoreksi dirinya sendiri untuk mengatakan "tempat yang luar biasa".
Ungkapan itu sensitif karena Australia, seperti kebanyakan negara tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan.
Beijing menganggap Taiwan yang dikelola secara demokratis sebagai provinsi yang memisahkan diri. Di masa lalu, ia telah berulang kali berjanji untuk mengambilnya, dengan paksa jika perlu.
Berbicara di Balai Besar Rakyat Beijing pada hari Sabtu, Xi mengatakan: "Reunifikasi melalui cara damai adalah yang paling sejalan dengan kepentingan keseluruhan bangsa Tiongkok, termasuk rekan senegaranya Taiwan."
"Tugas sejarah penyatuan kembali tanah air harus dipenuhi, dan pasti akan dipenuhi," kata Xi.
Advertisement