Instagram Akan Batasi Remaja Akses Konten yang Pengaruhi Kesehatan Mental

Sistem Instagram akan mendeteksi remaja yang sedang melihat konten sama berulang kali, dan konten itu mungkin tidak kondusif untuk kesehatan mereka.

oleh Iskandar diperbarui 12 Okt 2021, 09:30 WIB
Ilustrasi Instagram (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta - Media sosial, termasuk Instagram bisa kita manfaatkan untuk bertemu teman dan keluarga atau untuk melihat apa yang terjadi di seluruh dunia. Namun, platform ini bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental.

Sebab, beberapa orang terobsesi dengan media sosial dan mulai membandingkan diri mereka dengan apa yang mereka lihat secara online. Obsesi yang tidak sehat ini bisa berdampak buruk, terutama bagi pengguna yang mungkin lebih muda (remaja).

Maka dari itu, dilansir Ubergizmo, Selasa (12/10/2021), Facebook menerapkan fitur pengingat untuk pengguna remaja yang akan mengingatkan mereka untuk beristirahat dari media sosial sesekali guna menjaga kesehatan mental.

Menurut Global Affairs VP Facebook dan mantan wakil perdana menteri Inggris, Nick Clegg, perusahaan akan memperkenalkan sesuatu yang menurutnya akan membuat perbedaan besar.

"Sistem kami akan mendeteksi remaja yang sedang melihat konten serupa berulang kali, dan konten itu mungkin tidak kondusif untuk kesehatan mereka. Kami akan mendorong mereka untuk melihat konten lain," kata Clegg kepada CNN.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kapan Fitur Ini Meluncur?

Ilustrasi Instagram. (via: istimewa)

Perusahaan tidak menyatakan secara spesifik kapan fitur tersebut akan diluncurkan, mengingat hal ini cukup mendesak karena Instagram kerap diterpa isu negatif terkait kesehatan mental pada remaja.

Apple dan Google sudah memiliki fitur serupa di mana mereka dapat menunjukkan kepada pengguna berapa banyak waktu yang mereka habiskan untuk aplikasi tertentu, dan juga memungkinkan pengguna untuk menetapkan batas waktu pada aplikasi dan diingatkan ketika waktu mereka habis.

 


Mantan Manajer Sebut Facebook Berbahaya Bagi Kesehatan Mental dan Memicu Perpecahan

Ilustrasi Facebook (Foto: New Mobility)

Di sisi lain, anggota parlemen AS menuduh CEO Facebook Mark Zuckerberg lebih mementingkan keuntungan lebih tinggi ketimbang memprioritaskan keamanan pengguna.

Mengutip Reuters, Rabu (6/10/2021), mereka menuntut regulator menyelidiki tuduhan si pelapor (mantan karyawan Facebook) yang menyebut perusahaan media sosial itu membahayakan kesehatan mental anak-anak dan memicu perpecahan.

Mark Zuckerberg melalui posting-an di Facebook menepis tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa tuduhan itu bertentangan dengan tujuan perusahaan.

"Argumen bahwa kami sengaja mendorong konten yang membuat orang marah demi keuntungan sangat tidak masuk akal," tulisnya.

"Kami menghasilkan uang dari iklan, dan pengiklan secara konsisten memberi tahu kami bahwa mereka tidak ingin iklan mereka berada di samping konten berbahaya atau memicu kemarahan. Dan saya rasa tidak ada perusahaan teknologi mana pun yang menciptakan produk untuk membuat orang marah atau tertekan," sambungnya.

Selama sesi jajak dengar pendapat subkomite Senat Commerce, pelapor bernama Frances Haugen menyerukan transparansi tentang bagaimana Facebook membujuk pengguna untuk terus menggulir, menciptakan banyak peluang bagi pengiklan untuk menjangkau mereka.

"Selama Facebook beroperasi dalam bayang-bayang dan menyembunyikan penelitiannya dari pengawasan publik, itu adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab," kata Haugen, mantan manajer produk di tim misinformasi sipil Facebook.

"Kepemimpinan perusahaan tahu bagaimana membuat Facebook dan Instagram lebih aman, tetapi tidak akan membuat perubahan yang diperlukan karena mereka lebih mengedepankan keuntungan. Tindakan kongres diperlukan," ucap Haugen menambahkan.


Facebook Bikin Ketagihan

Ilustrasi Facebook. Dok: theverge.com

Senator Dan Sullivan dari Partai Republik, mengatakan dia prihatin bagaimana Facebook dan Instagram mempengaruhi kesehatan mental anak-anak.

"Kita akan melihat ke belakang, 20 tahun dari sekarang dan kita semua akan seperti, 'Apa yang kita pikirkan?'," ujar Sullivan.

Haugen mengungkapkan dirinya adalah orang yang memberikan dokumen yang digunakan dalam penyelidikan Wall Street Journal dan sidang Senat tentang bahaya Instagram terhadap gadis remaja. Dia bahkan membandingkan layanan media sosial dengan zat adiktif seperti tembakau dan opioid.

Ketua panel Senator Richard Blumenthal dari Partai Demokrat, mengatakan Facebook tahu bahwa produknya membuat ketagihan. "Teknologi sekarang menghadapi momen fakta besar yang mencengangkan," katanya.

Dia meminta Zuckerberg untuk bersaksi di depan komite, serta Komisi Sekuritas dan Bursa & Komisi Perdagangan Federal untuk menyelidiki Facebook.


Zuckerberg Minta Kongres Perbarui Aturan

CEO Facebook Mark Zuckerberg (Foto: Wallpapers Web)

Zuckerberg, dalam postingannya, mengatakan Facebook tidak akan berhenti meneliti dampak sosialnya.

Dia pun menilai Kongres perlu memperbarui aturan untuk memperjelas usia legal bagi remaja dalam menggunakan layanan internet, bagaimana memverifikasi usia mereka, dan bagaimana menyeimbangkan privasi remaja sambil memberi orangtua visibilitas ke dalam aktivitas mereka.


Infografis Google dan Facebook

Infografis Google dan Facebook (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya