Bank Indonesia Segera Luncurkan BI-Fast, Intip Kelebihannya

Bank Indonesia segera meresmikan Bank Indonesia Fast (BI-Fast) sebagai pembayaran cepat ritel nasional bagi para pelaku industri, ritel, dan UMKM.

oleh Tira Santia diperbarui 12 Okt 2021, 13:40 WIB
Ilustrasi Bank Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia segera meresmikan Bank Indonesia Fast (BI-Fast) sebagai pembayaran cepat ritel nasional bagi para pelaku industri, ritel, dan UMKM melalui transaksi secara online pada Desember 2021.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan BI-Fast ini nantinya bertujuan untuk mewujudkan aktivitas transaksi digital agar berjalan real-time baik di Bank atau Lembaga Keuangan Non-Bank dan nasabah selama 24x7 guna mempercepat sistem kliring transaksi keuangan.

“Kami sudah bekerja dengan industri, semua kebijakan kami, bekerja dengan industri, dan Insya Allah Pada bulan Desember, kami akan meluncurkan pembayaran cepat Bank Indonesia, ritel, transaksi, penyelesaian pembayaran, 24x7 real time penyelesaian pertama, dan kliring dan juga transaksi untuk semua Pasar ritel,” kata Perry dalam webinar OJK Virtual Innovation Day 2021, Selasa (12/10/2021).

Adapun sepanjang tahun 2020 dan 2021, BI melihat perkembangan ekonomi dan keuangan digital Indonesia semakin pesat. Lantaran di masa pandemi covid-19 masyarakat mulai beralih menggunakan transaksi keuangan secara digital untuk mencegah penyebaran covid-19.

“Ekonomi Nasional dan Keuangan Digital Indonesia tumbuh pesat dan terus berkembang dan akan terus berkembang, serta mendukung perekonomian Indonesia, mendukung inklusi Ekonomi Nasional, dan keuangan, dan tentunya mendukung industri Ekonomi dan Keuangan jual digital. Ini adalah salah satu kenormalan baru di Indonesia,” ujarnya.

Seiring pesatnya digitalisasi sektor keuangan, bahkan BI memproyeksikan nilai transaksi e-commerce tahun ini bisa mencapai Rp 395 triliun, transaksi uang elektronik juga diprediksi mencapai Rp 278 triliun.

“E-commerce tahun ini diprediksi oleh Bank Indonesia tumbuh 48,4 persen dari e-commerce atau Rp 395 triliun. Uang elektronik tumbuh 5,7 persen tahun ini dengan Rp 278 triliun, layanan atau transaksi digital banking diprediksi tumbuh 30,1 persen atau capai Rp 35.600 triliun,” ujarnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Standarisasi Open Application Programming Interfaces

Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Tentu prediksi tersebut tidak serta merta asal sebut saja, melainkan Bank Indonesia juga telah melakukan segala upaya agar prediksi tersebut bisa tercapai.

Misalnya, Bank Indonesia telah meluncurkan Standarisasi open Application Programming Interfaces (API) Pembayaran (SNAP) untuk bank dan fintech dan e-commerce.

“Kami sudah mengeluarkan center of bank tahun ini dengan industri 17 Agustus tahun ini, apa yang kami sebut SNAP, stand nasional yang membuka API sistem pembayaran, satu bahasa untuk semua untuk perbankan digital, fintech, e-commerce menggunakan bahasa untuk menghubungkan layanan mereka,” jelas Perry.

Kemudian BI juga telah meluncurkan QRIS antar negara yang sudah bekerjasama dengan negara Thailand, dan nanti akan merambah kerjasama dengan negara tetangga lainnya seperti Malaysia.

“Dan tahun ini, Agustus 2021 kami telah menguji coba standar QR Indonesia lintas batas dan dengan Thailand dan segera akan menjadi Malaysia dan negara-negara lain,” pungkasnya.   

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya