Menakar Prospek Saham Bank Digital

Sejumlah saham bank digital melemah pada perdagangan Selasa, 12 Oktober 2021. Bagaimana prospek saham bank digital?

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 13 Okt 2021, 07:19 WIB
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah saham bank digital dan sedang proses digital mulai merosot. Namun, analis menilai bank digital masih akan menggeliat.

Berdasarkan data RTI, pada perdagangan Selasa, 12 Oktober 2021, saham PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) turun 6,39 persen ke posisi Rp 1.245 per saham. Saham PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO) melemah 3,5 persen ke posisi Rp 1.930 per saham.

Saham PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) susut 1,14 persen ke posisi Rp 2.600 per saham. Sementara itu, saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) menguat 2,83 persen ke posisi Rp 12.700 per saham.

Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menilai, euforia bank digital mungkin memang sudah berakhir. Namun, ia menggarisbawahi, bisnis perbankan pada dasarnya bukanlah bisnis musiman. Apalagi mengingat teknologi digital yang diusung, bisnis ini disebut masih akan berumur panjang.

"Artinya, selama perkembangan teknologi masih terbuka luas di Indonesia, tentu saja Bank Digital masih akan terus menggeliat,” ujar dia kepada Liputan6.com, Rabu (13/10/2021).

Namun, tak dapat dipungkiri, tentu ada siklus yang perlu diperhatikan. Ia menilai, bank digital memang sudah menggeliat dalam beberapa bulan terakhir.

Untuk saat ini, Nico mengatakan pasar tengah mencermati sentimen krisis energi yang menyebabkan sejumlah harga komodtas meroket.

“Sama seperti kehidupan, semua pasti ada masanya dan semua pasti ada putarannya. Nanti kelak ketika teknologi digital mulai muncul lagi ke permukaan dengan teknologi baru, tentu saja bank digital akan kembali di lirik,” imbuhnya.

Melihat kondisi pasar saat ini, Nico mengatakan bank digital memang kurang menarik dibandingkan emiten komoditi yang tengah naik daun.

Namun, sekali lagi, ia menekankan teknologi akan terus berkembang. Hal inilah yang akan kembali mengerek saham bank digital.

"Kalau kita melihat saat ini untuk membeli saham bank digital tentu tidak menarik, karena kalah cuan dari komoditas yang sedang membara,” kata Nico.

Nico menilai, perkembangan teknologi akan menjadi sentimen yang pengaruhi saham bank digital.

“Tapi kalau nanti  ada perkembangan teknologi dan ternyata hal tersebut berhubungan dengan bank digital, tentu saja saham saham di sektor tersebut akan kembali mengalami kenaikan,” ia menambahkan.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Saham Pilihan

Pejalan kaki duduk di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sejauh ini, Nico mengatakan yang menjadi fokus adalah menentukan saham saham bank digital mana yang memiliki potensi valuasi menarik di masa yang akan datang. Sebab menurut dia, tidak semua bank di Indonesia mampu menunjukkan kapasitas menjadi bank digital.

"Oleh sebab itu, pilihannya sebetulnya sedikit dan untuk itu ketika harganya sedang berada di bawah, membeli untuk masa depan merupakan suatu pilihan,” ujar Nico.

Namun, Nico menuturkan, investor dapat mempertimbangkan prospek untuk masuk ke saham bank digital.

"Jual ketika orang lain beli, beli ketika orang lain jual. Ketika fase bank digital berada di bawah dan kita yakin prospeknya, membeli adalah suatu pilihan,” kata dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya