Liputan6.com, Jakarta - Ketika jatuh sakit, badan lemas dan tidak ada gairah kerap membuat kita merasa tidak nyaman. Namun, saat sakit berangsur pulih, tubuh juga mulai bisa mengumpulkan staminanya kembali. Oleh karenanya, tak heran jika masa pemulihan membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Proses menjadi bagian penting dari masa pemulihan, karena setelah sakit tubuh mungkin mengalami defisit stamina, yaitu keadaan saat tubuh belum sepenuhnya pulih. Sama halnya dengan perekonomian Indonesia saat ini, yang juga memerlukan waktu pemulihan.
Advertisement
Sebab dampak pandemi tak pilih kasih, semua sektor terdampak, baik sektor kesehatan, sosial, dan tentunya ekonomi. Hal itu disampaikan oleh Ekonom Senior Raden Pardede dalam Indonesia Knowledge Forum (IKF) X – 2021, Rabu (13/10/2021).
“Banyak yang tertular dan dirawat di rumah sakit serta banyak yang wafat, itu akibatnya. Bahkan seperti kita tahu terjadi kontraksi ekonomi, di kuartal II-2020 hingga kuartal pertama tahun 2021. Kenaikan penduduk miskin juga luar biasa, kehilangan lapangan pekerjaan, itu akibat dari pandemi,” kata Raden Pardede.
Namun, menurutnya kita tidak harus terus-menerus larut dalam krisis pandemi ini. Kita harus berani memilih, jalan seperti apa yang akan ditempuh dalam memulihkan dampak pandemi covid-19. Dia menegaskan, kita jangan menyerah melainkan harus optimis.
“Kita tidak boleh menyerah, kita harus tetap optimis. Menurut saya pandemi covid-19 membawa dampak yang besar terhadap kesehatan dan ekonomi yang tidak bisa dipungkiri dan itu tidak hanya dialami Indonesia,” ujar Raden.
Memang betul, dalam sejarah Tanah Air, Indonesia tidak pernah mengalami krisis dahsyat yang disebabkan pandemi covid-19. Namun, dia meyakini Indonesia mampu melewati krisis ini dan akan selamat.
Cukup percaya saja bahwa di masa mendatang akan lebih baik. Bahkan, berdasarkan kacamata Raden sejauh ini keadaan pandemi di Indonesia jauh membaik dibanding tahun 2020, karena pandemi bisa dikendalikan meskipun sepenuhnya Pemerintah belum bisa meniadakan covid-19 di Indonesia.
“Kita pertama kali mengalaminya dan kita memang learning by doing, mencoba bagaimana mengatasi pandemi yang lainnya. Pandemi virus covid-19 ini akan bersama kita dalam waktu yang lama tapi kita bisa mengendalikan itu yang kita alami sekarang, tetapi kita tidak bisa meniadakan itu,” kata Raden.
Raden pun mengilustrasikan pengendalian covid-19 yang dilakukan Pemerintah Indonesia seperti Kemudi, dimana dalam menjalankan kemudi terdapat pedal rem dan pedal gas. Pedal rem disini berperan sebagai jaring pengaman kesehatan (JPK).
“Saya ilustrasikan dengan pengemudi yaitu Presiden dan dibantu oleh KCPEN dimana kemudinya itu dia yang pegang, dan tentu kadang-kadang pakai pedal rem dan juga pedal gas. Jadi pedal rem yang dilakukan adalah injak rem untuk menekan kurva covid-19 dengan PPKM,” jelasnya.
Kita ketahui bersama, pedal rem tentu ada minyaknya, khusus dalam hal ini minyak rem yang dimaksud terkait penerapan 3 T yaitu Testing, Treatment dan Tracing, menerapkan protokol kesehatan 3M (menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan), serta pentingnya ketersediaan obat-obatan, Fasilitas kesehatan, ketersediaan nakes dan vaksin.
“Itu yang kita lakukan sekarang ini, tentu rem yang pakem yang memang kadang kala pada saat kita melakukan itu mengakibatkan kegiatan berhenti semuanya, ibarat mobil berhenti dan itu menyebabkan persoalan tersendiri terutama kepada kelompok masyarakat kita yang paling rendah,” ujarnya.
Disisi lain tentu Presiden juga menginjak pedal gas, tujuannya untuk membuka ekonomi khususnya bagi masyarakat menengah ke bawah. Memang kedua hal ini menjadi polemik yang pelik di masyarakat.
“Kita tahu ada sebagian masyarakat kita jika mereka benar-benar ditutup kegiatannya maka mereka mati karena covid-19 atau meninggal karena tidak bisa makan. Oleh karena itu pemerintah membuat satu kebijakan yaitu memberikan bantuan yang signifikan yaitu jaring pengaman perlindungan sosial,” ucap Raden.
Tentu adanya koordinasi injak pedal rem dan pedal gas ini, menjadi strategi Pemerintah dalam mengendalikan dan memulihkan dampak covid-19. Kendati demikian dia melihat sejak September 2021, pandemi covid-19 di negeri ini sudah terkendali namun tetap harus diwaspadai.
“Sejak pertengahan bulan September 2021, sudah terkendali namun tetap waspada. Kita bisa klaim kalau kita bisa mengendalikannya, namun kita tetap waspada kita tidak bisa jumawa, kita tidak boleh kendor karena musuh yang kita hadapi ini tidak kelihatan,” katanya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Perkembangan Ekonomi
Raden tidak memungkiri bahwa memasuki pertengahan kuartal II 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus tumbuh ke arah yang positif dibanding periode yang sama di tahun 2020. Hal itu tercermin, dari sisi kontribusi konsumsi rumah tangga dan investasi mencapai 84,93 persen.
Adapun berdasarkan data yang disampaikan Raden dalam paparan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga kuartal II tahun 2021 tumbuh di level 5,93 persen sebelumnya di kuartal II-2020 terkontraksi minus 5,52 persen.
Kemudian, di kuartal II-2021 ekspor tumbuh sangat tinggi sebesar 31,78 persen. Sejalan dengan peningkatan ekspor, impor juga tumbuh tinggi sebesar 31,22 persen year on year (YoY).
“Di kuartal II 2021 mulai positif. Jadi kita lihat data kuartal II mulai menunjukkan rebound and recovery. Kalau kita lihat di sini ini data-data yang kita dapat dari BPS ekspor juga membaik,” ujarnya.
Kendati demikian, terdapat beberapa sektor sebelumnya yang malah terkontraksi seperti manufaktur, transportasi, ritel dan akomodasi kaitannya dengan pariwisata yang mengalami tekanan yang luar biasa selama pandemi. Namun, kini sektor-sektor tersebut mulai pulih.
“Kalau kita lihat sampai dengan kuartal pertama 2012 negatif dan di kuartal kedua mulai positif, tetapi belum bisa mengkompensasi kerugian-kerugian yang sebelumnya,” ucapnya.
Disisi lain, malahan ada sektor yang tumbuh konsisten di masa pandemi. Seperti sektor komunikasi dan informasi, kesehatan, pertanian, dan real estate.
“Itu adalah sektor-sektor yang kita lihat bertumbuh. Jadi memang ada sektor yang positif meskipun pada saat covid-19, tetapi memang kalau kita lihat secara garis besar sektor-sektor seperti manufaktur dan juga akomodasi transportasi mengalami tekanan yang luar biasa,” ungkapnya.
Advertisement
Prospek Pertumbuhan Ekonomi di Masa Depan
Seiring berjalannya pengendalian covid-19 di Indonesia yang terus menunjukkan perbaikan terhadap berbagai sektor, seperti neraca perdagangan tumbuh positif bahkan surplus yang ditopang oleh sektor komoditas, seperti CPO, batubara, nikel dan timah.
Demikian, Raden Pardede pun berani memprediksi tahun 2022 perekonomian Indonesia akan lebih baik dibanding tahun 2021. Hal itu sesuai dengan prediksi dari World Bank menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia dikisaran 5 persen, IMF memprediksi 4,9 persen, Bloomberg Median 5,2 persen, OECD 4,9 persen, dan proyeksi ADB ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh 4,8 persen.
“Tahun 2022 jelas kelihatannya kita akan lebih baik dibanding tahun 2021. Pertumbuhan ekonomi kita ini saya ambil dari World Bank, IMF, ADB, Bloomberg, dan OECD, dan menunjukkan bahwa di tahun depan kita lebih baik di tahun ini,” pungkasnya.