Liputan6.com, Jakarta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyambut positif kehadiran InaCBT (Cable Based Tsunameter) yang diinisiasi oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), yang saat ini berada dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Kehadiran teknologi tersebut akan memperkuat sistem peringatan dini tsunami Indonesia atau InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System).
Advertisement
"Tantangan Indonesia tidak hanya tsunami yang diakibatkan fenomena tektonik atau kegempaan, namun juga tsunami non tektonik yang dipicu longsoran lereng gunung ke laut atau longsor lereng pantai," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangannya, Rabu (13/10/2021).
Dia menuturkan,InaTEWS harus diperkuat karena sejak tahun 2013 terjadi tren peningkatan aktivitas gempa bumi di Indonesia baik dalam jumlah maupun kekuatan.
Berdasarkan catatan BMKG, Tahun 2013 setidaknya terjadi gempa bumi 4234 kali, dan kejadian gempa secara berturut-turut meningkat menjadi 4434 kali pada Tahun 2014, 5299 kali pada Tahun 2015, 5464 kali pada Tahun 2016, dan 7169 kali pada Tahun 2017.
Akan tetapi aktivitas gempa bumi melompat menjadi 11.920 kali pada tahun 2018, dan pada Tahun 2019 kejadian gempa bumi masih di atas 11.000 yaitu 11.588 kali. Meski di tahun 2020 kejadian gempa bumi menurun menjadi 8258 kali, namun jumlah tersebut masih diatas rata-rata kejadian gempa bumi tahunan di Indonesia.
"BMKG sendiri terus berupaya melakukan penyempurnaan sistem peringatan dini tsunami dengan melibatkan pakar, akademisi, perguruan tinggi, dan asosiasi keilmuan guna mewujudkan zero victim. Baru-baru ini, BMKG juga meluncurkan EWS Radio Broadcaster dan aplikasi SIRITA (Sirens for Rapid Information on Tsunami Alert)," kata Dwikorita.
Pendeteksi Anomali Tekanan Air Laut
Dwikorita mengatakan kehadiran InaCBT akan semakin memperkuat sistem peringatan dini tsunami yang sudah ada, karena berperan sebagai perangkat deteksi percepatan gempa bumi dan anomali tekanan air laut yang mengindikasikan terjadinya tsunami di lokasi-lokasi potensial sumber-sumber tsunami.
Sistem dan sensor-sensor pendeteksi tersebut terpasang dan ditempatkan pada jaringan kabel bawah laut.
Menurutnya, InaCBT idealnya terintegrasi dalam jaringan observasi pendeteksian tsunami dalam system InaTEWS yang beroperasi saat ini, sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut untuk deteksi tsunami non-tektonik.
Baca Juga
2,9 Juta Kendaraan Diprediksi Melintas di Tol Tangerang-Merak Selama Libur Natal dan Tahun Baru 2025
Cuaca Besok Kamis 19 Desember 2024: Sebagian Wilayah Jabodetabek Akan Hujan Ringan Pagi Hingga Siang
Cuaca Indonesia Hari Ini Rabu 18 Desember 2024: Langit Malam Indonesia Mayoritas akan Cerah Berawan
Advertisement