Liputan6.com, Jakarta - Setiap tahun pada tanggal 15 Oktober, Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPSS) menyoroti pentingnya mencuci tangan dengan sabun dan air di rumah, di masyarakat, dan di seluruh dunia.
Hari Cuci Tangan Sedunia ini didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya mencuci tangan dengan sabun sebagai cara yang efektif dan terjangkau untuk mencegah penyakit dan menyelamatkan nyawa.
Advertisement
Banyak kuman yang dapat membuat orang sakit menyebar ketika kita tidak mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir.
Itulah mengapa mencuci tangan sangat penting, terutama pada saat - saat penting seperti setelah menggunakan kamar mandi, saat menyiapkan makanan, sebelum makan, dan setelah batuk, bersin, atau meniup hidung.
Tema tahun ini, “Masa Depan Kita Sudah Dekat – Mari Maju Bersama,” menyerukan tindakan terkoordinasi saat kita secara aktif bekerja menuju kebersihan tangan universal.
Sejarah dari HCTPSS
Peringatan tersebut didirikan oleh Global Handwashing Partnership pada tahun 2008, ketika lebih dari 120 juta anak di seluruh dunia mulai dibiasakan mencuci tangan dengan sabun di lebih dari 70 negara.
Sejak 2008, tokoh masyarakat dan nasional pun telah menggunakan Hari Cuci Tangan Sedunia ini untuk menyebarkan kesadaran tentang mencuci tangan, membangun wastafel dan keran air, dan menunjukkan kesederhanaan dan nilai tangan bersih.
Peringatan ini didukung oleh pemerintah, sekolah, lembaga internasional, organisasi masyarakat sipil, LSM, perusahaan swasta, individu, dan banyak lagi.
PBB pun kemudian menetapkan setiap tanggal 15 Oktober sebagai Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPSS).
Advertisement
Manfaat Cuci Tangan Bagi Masyarakat
Mencuci tangan dengan sabun dan air tidak hanya sederhana dan murah, tetapi juga dapat secara dramatis mengurangi angka kematian anak balita akibat diare dan ISPA.
Mengajarkan orang tentang mencuci tangan membantu Anda dan komunitas masyarakat agar tetap sehat. Dimana pendidikan cuci tangan di masyarakat dapat:
- Mengurangi jumlah orang yang sakit diare sekitar 23-40 persen.
- Mengurangi ketidakhadiran karena penyakit gastrointestinal pada anak sekolah sebesar 29-57 persen.
- Mengurangi penyakit diare pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah sekitar 58 persen.
- Mengurangi penyakit pernapasan, seperti pilek, pada populasi umum sekitar 16–21 persen.
Reporter: Lianna Leticia