Liputan6.com, Jakarta - Kabar duka datang dari Italia. Toby, badak putih tertua di dunia, mati di usia 54 tahun di salah satu kebun binatang Parco Natura Viva Italia.
"Nonno 'Toby' (Kakek Toby) meninggal pada 6 Oktober," ucap seorang perwakilan Kebun Binatang Parco Natura Viva, Elisa Livia Pennacchioni, pada AFP, dilansir dari laman RTE, 12 Oktober 2021. "Dia pingsan di lantai dalam perjalanan kembali ke tempat penampungan malamnya, dan setelah sekitar setengah jam, jantungnya berhenti," ungkap Pennacchioni.
Baca Juga
Advertisement
Ia menambahkan, Toby akan dibalsem dan dipajang di museum sains MuSe di Trento. Kabarnya, badak daro Afrika itu akan bergabung dengan Blanco, seekor singa putih yang mati lima tahun lalu.
Menurut Pennacchioni, badak putih biasanya hidup hingga usia 40 tahun saat berada di penangkaran, sedangkan yang hidup di alam liar bisa mencapai 30 tahun.
Kematian Toby, yang menyusul pasangan betinanya Sugar pada 2012. Toby juga meninggalkan Parco Natura Viva dengan satu badak putih yang tersisa, Benno, berusia 39 tahun.
Menurut WWF, Toby masuk dalam spesies badak putih selatan, salah satu populasi badak yang tidak terancam punah. Populasi badan putih selatan diperkirakan sekitar 18.000 spesies.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Punahnya Badak Putih Utara
Badak putih juga terbagi dalam dua sub spesies, yaitu badak putih utara dan selatan. Keduanya ditemukan di dua wilayah berbeda di Afrika.
Berbeda dengan badak putih selatan yang masih memiliki banyak populasi, badak putih utara kini hanya tersisa dua di dunia. Namun, kedua badak putih utara ini adalah betina.
Badak putih utara jantan terakhir di dunia, Sudan, mati pada 2018 lalu. Sudan meninggalkan dua keturunan badak putih utara, yakni Najin, seorang putri, dan Fatu, seorang cucu perempuan, dilansir New York Times. Namun, keduanya tak akan bisa menyelamatkan kepunahan badak putih utara.
Advertisement
Badak Jawa
Di Indonesia, badak juga dilestarikan. Salah satunya adalah Badak Jawa yang termasuk jenis satwa langka yang masuk ke dalam 25 spesies prioritas utama konservasi Pemerintah Indonesia.
IUCN (Uni Internasional Konservasi Alam) memasukkan spesies Badak Jawa ke dalam status Critically Endangered dan CITES mengkategorikannya ke dalam Appendix I.Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon Anggodo, dalam peringatan Hari Badak Sedunia menjelaskan sejumlah upaya konservasi dilakukan demi melindungi satwa endemik taman nasional itu.
Salah satunya memperluas area persebaran, agar tidak terbatas di wilayah semenanjung. Persebaran area ini penting mengingat lokasinya dekat Selat Sunda dan Gunung Anak Krakatau. Kemudian, pengayaan tanaman pakan badak pun terus dilakukan, di samping tetap mengoptimalisasi padang rumput.
"Kami pun memberdayakan masyarakat desa penyangga dalam upaya konservasi badak jawa," terang Anggodo. Koordinator Rhino Monitoring Unit (RMU), Muhammad Syamsudin, menambahkan bahwa monitoring badak Jawa tahun ini semuanya sudah berbasis resor. Pemasangan camera trap pun dilakukan dengan grid 2 km x 2 km untuk satu kamera.
Pada kasus-kasus, seperti lokasi penemuan anak badak, penjagaan pun akan diperketat demi memastikan keberlangsungan hidup generasi selanjutnya dari badak Jawa.
Imbauan Penyembelihan Hewan Kurban Saat Pandemi
Advertisement