Tim Mitigasi IDI Antisipasi Gelombang Ke-3 COVID-19 Dengan Dorong Program Vaksinasi

COVID-19 gelombang ketiga dapat dicegah dengan vaksinasi ke seluruh lapisan masyarakat

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 13 Okt 2021, 21:25 WIB
Vaksinasi Covid-19 Polda Banten Di Atas Kapal Ferry. (Rabu, 13/10/2021). (Dokumentasi Polda Banten).

Liputan6.com, Jakarta Ketua Pelaksana Harian Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Mahesa Paranadipa Maikel, MH menyampaikan terkait antisipasi gelombang ketiga COVID-19 yang diprediksi akan terjadi di akhir 2021.

Menurutnya, IDI melalui tim mitigasinya berkoordinasi dengan IDI di semua wilayah dan cabang untuk melakukan upaya mitigasi, perlindungan, serta pembinaan pada seluruh anggota.

Selain itu, IDI juga melakukan advokasi dan dorongan pada program-program pemerintah khususnya terkait vaksinasi.

“Karena kita berharap cakupan vaksinasi yang cukup luas sehingga kekebalan komunal bisa terbentuk di setiap daerah sehingga tak ada lagi kasus,” ujar Mahesa kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, Rabu (13/10/2021).

Ia menambahkan, jika protokol dilonggarkan, maka masih ada potensi penularan virus Corona karena Indonesia belum sepenuhnya lepas dari situasi pandemi.

“Tapi kita harap tidak ada pasien-pasien yang harus dirawat karena jika terjadi lonjakan dan collapse itu yang menjadi sulit.”

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua


Fenomena Masyarakat

Mahesa melihat fenomena masyarakat yang sudah mendapatkan vaksin cenderung merasa aman dan seolah tidak ada penularan.

“Perlu diingat, vaksinasi itu tidak mencegah orang tertular tapi vaksinasi itu mencegah orang yang tertular untuk tidak masuk dalam gejala yang lebih buruk atau bahkan menimbulkan gejala.”

Risiko penularan terjadi selama masyarakat tidak menjalankan protokol kesehatan dengan baik, tambahnya.  

“Kita tidak tahu siapa yang membawa virus, jadi kalau tidak pakai masker, tidak jaga jarak, dan tidak menjaga kebersihan dengan cuci tangan tentu potensi tertular masih ada.”

“Jadi kita imbau kepada masyarakat, tetap vaksinasi tuntas tapi protokol kesehatan harus disiplin. Artinya, boleh beraktivitas yang penting sudah divaksinasi dan menjalankan protokol.”


Jika Ada Gejala Kenaikan Kasus

Terkait perlu tidaknya memperketat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), Mahesa mengatakan bahwa yang lebih mengetahui tersebut adalah kepala daerah masing-masing dan satuan tugas.

 “Jadi menurut saya kalau mulai ada gejala peningkatan kasus dan di daerah tersebut vaksinasinya belum mencakup 70 persen, itu harus diantisipasi.”

Artinya, jika mulai ada kenaikan kasus, maka sesegera mungkin lakukan langkah-langkah pencegahan, lanjutnya. Pencegahan tersebut bisa berupa menaikkan status PPKM, memantau masyarakat, melakukan tes dan telusur dengan baik.

“Menurut saya jangan disampaikan ‘sekarang mau libur Natal harus diperketat’ enggak gitu. Liburan tentu menimbulkan potensi orang berkumpul, ketika berkumpul orang berpotensi lalai dalam menjalankan protokol.”

“Intinya, masyarakat harus paham bahwa protokol kesehatan harus terus dijalankan dan vaksinasi diperluas. Persoalan PPKM itu menjadi kebijakan pemerintah setempat yang harus dinilai secara objektif dan jujur mengenai kondisi daerahnya,” pungkas Mahesa.


Infografis Kejahatan Vaksin COVID-19 Palsu di China

Infografis Kejahatan Vaksin Covid-19 Palsu di China (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya