Jokowi: Tak Mau Belajar Teknologi Baru, Insinyur dan Dokter Bakal Digantikan Robot

Jokowi mengatakan, efek perubahan zaman sudah terasa pada profesi-profesi konvensional seperti kasir, yang kerjaannya telah digantikan oleh teknologi.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 13 Okt 2021, 18:00 WIB
Jokowi berkunjung ke Pasar Sota, Merauke, Papua. (Foto: Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak seluruh masyarakat untuk terus terbuka pada wawasan baru di era digital saat ini.

Terutama dengan kehadiran teknologi canggih seperti robot, yang diperkirakan bakal mengambil alih peran sejumlah tenaga ahli seperti insinyur dan dokter.

Jokowi mengatakan, efek perubahan zaman sudah terasa pada profesi-profesi konvensional seperti kasir, yang kerjaannya telah digantikan oleh teknologi.

"Ke depan akan lebih banyak lagi berubah jadi fintech. Penerjemah, sudah banyak sekali sekarang hilang karena ada aplikasi translation. Insinyur-insinyur juga bisa diganti, hati-hati dengan advanced robotic," ujarnya, Rabu (13/10/2021).

RI 1 pun menyebut, profesi sebagai dokter juga harus bisa menjawab tantangan zaman. Mereka dihimbau agar tidak hanya fokus seputar hal-hal medis saja, tapi juga harus mau mempelajari urusan robot.

"Dokter sekarang sudah terjadi bukan hanya urusan obat dan lainnya, tapi juga harus ngerti urusan robotik. Karena surgery saat ini bisa dilakukan dengan advanced robotic, dan jarak jauh lagi," jelas Jokowi.

"Perkembangan-perkembangan seperti ini kalalu tidak kita segera antisipasi, bisa tertinggal kita. Jadi dokter di faktultas kedokteran harus segera mulai ada mata kuliah robotik, sehingga skill-hal-hal baru selalu di-update teknologinya," imbuhnya.

 

 


Permintaan Jokowi

Presiden Joko Widodo saat berpidato dalam Bali Fintech Agenda IMF-WB 2018 di Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10). Jokowi mengaku mengacu pada kebijakan Amerika Serikat (AS) yang merupakan negara kelahiran internet. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Oleh karenanya, Jokowi meminta agar perguruan tinggi bisa menjawab kebutuhan zaman akan sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Sehingga para mahasiswa bisa mengembangkan potensinya di luar jurusan yang mereka ambil.

"Pendidikan tingi kita harus memfasilitasi pengembangan talentanya. Jangan dipagari oleh program-program studi yang justru membelenggu, karena semuanya akan hybrid, hybrid knowledge, hybrid skill. Sehingga yang namanya mahasiswa harus paham semua," tuturnya.

 

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya