Liputan6.com, Jakarta - Pada masa pandemi, gerakan mengurangi sampah plastik cenderung dikesampingkan karena ketakutan masyarakat bahwa virus dapat bertahan di benda-benda tertentu selama beberapa waktu. Kecenderungan menggunakan benda sekali pakai juga meningkat drastis, terutama yang terbuat dari plastik, merupakan alternatif paling aman bagi masyarakat.
Data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Sukabumi merilis bahwa produksi sampah di Kota Sukabumi meningkat selama masa pandemi dan PPKM Level 4. Data pada Agustus 2021 tercatat bahwa jumlah sampah meningkat 1,4 ton per hari dibandingkan sebelumnya.
Baca Juga
Advertisement
Pemerintah lokal berusaha menanggulangi permasalahan ini, salah satunya dengan Gerakan Sukabumi Bestari. Mereka pun bekerja sama dengan sektor privat yang berada di Sukabumi, seperti PT Amerta Indah Otsuka, agar penanganan sampah dapat lebih efektif lagi.
Bersama perusahaan itu, mereka baru saja meresmikan Otsuka Ecovillage di area pabrik di Sukabumi, Jawa Barat, Rabu, 13 Oktober 2021. Salah satunya dengan membangun Bank Sampah Sehati yang ditujukan untuk pengurangan dan pemilahan sampah dengan melibatkan warga sekitar pabrik.
Bank sampah itu dibentuk untuk mempermudah pengelolaan sampah non-organik. Program Otsuka Ecovillage tersebut diklaim sebagai program yang komprehensif, terstruktur dan berkesinambungan. Hadir dalam peresmian Presiden Komisaris Amerta Indah Roy Sparinga dan Putri Indonesia 2010 yang juga aktivis lingkungan Nadine Alexandra, dan sejumlah pejabat daerah.
Otsuka Ecovillage diawali dengan edukasi terhadap masyarakat. Misalnya, dengan mengenalkan cara mengelola sampah organik yang akan dijadikan kompos dan dapat dimanfaatkan untuk pupuk tanaman.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pusat Edukasi
Dengan adanya Bank Sampah ini, seluruh sampah non-organik yang ditampung bisa ditukar dengan sembako. "Jadi, nanti sistemnya masing-masing warga yang mengumpulkan sampah di sini akan memiliki buku tabungan yang kemudian bisa diambil dalam waktu minimal dua minggu kemudian bisa ditukar dalam bentuk sembako," terang Roy Sparingga.
Di Otsuka Ecovillage, sampah organik akan dikelola dengan teknik lubang biopori sehingga menjadi kompos yang dipakai untuk tanah sekitar. Otsuka telah menggelar sesi pelatihan biopori untuk masyarakat sejak tahun lalu.
Untuk sampah non-organik akan dipilah berdasarkan kategori di bank sampah Otsuka Ecovillage agar kemudian bisa didaur ulang. Menurut Roy, Otsuka Ecovillage bukan hanya memfasilitasi pengelolaan sampah, tapi dapat menjadi pusat edukasi untuk masyarakat sekitar bagaimana membina dan membentuk kebiasaan baik dalam memilah dan mengelola sampah dengan mandiri.
Advertisement
Kebiasaan Baik
Bekerja sama dengan pemerintah lokal, Roy berharap bahwa Otsuka Ecovillage akan berkesinambungan untuk berkontribusi signifikan kepada lingkungan sekitar seiring waktu.
"Pemerintah lokal menghargai inisiatif Otsuka melalui Otsuka Ecovillage ini dan berusaha berkontribusi nyata terhadap penanggulangan sampah di Sukabumi khususnya kecamatan Cicurug. Dengan banyaknya kolaborasi seperti ini kami percaya kebiasaan baik akan terbentuk dan sampah yang berakhir di TPA akan berkurang dengan sifnifikan," kata H.Tana Indra Permana selaku Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kab. Sukabumi.
Hal itu juga didukung Camat Cicurug, Wawan Gowdawan. Menurut Wawan, masyarakat yang bebas sampah pastinya akan lebih aman, nyaman, dan bersih sehingga menghindarkan dari penularan penyakit yang ringan atau berbahaya.
"Kami sama-sama saling mendukung dan saling mengingatkan. Tujuannya agar masyarakat bisa terus melihat manfaat hadirnya Otsuka Ecovillage di lingkungan ini," tutur Wawan.
Timbulan Sampah Sebelum dan Sesudah Pandemi
Advertisement