Liputan6.com, Jakarta - Wastra Indonesia terus bergerilya di kancah internasional. Kali ini giliran batik durian yang tampil di Milan Fashion Week 2021. Pekan mode itu berlangsung pada 21-27 September 2021 di Palazzo Visconti di Modrone, Milan, Italia.
JYK, label fesyen lokal yang berbasis di Jakarta, memanfaatkan batik durian untuk koleksi Spring/Summer 2022. Ada 10 tampilan yang dihadirkan JYK bertema Revolutionary Hope. Tema itu dimaknai sebagai suatu harapan dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan dalam hidup.
Sang desainer, Jenny Yohana Kansil mengungkapkan gaya yang dihadirkan terinspirasi dari gaya punk era 70an. Ia memadukan dengan kain batik durian yang berkolaborasi dengan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Kota Lubuklinggau.
Baca Juga
Advertisement
"Segala sesuatu bekerja untuk membawa kebaikan buat kita. Ini saya dapatkan inspirasi ini dari durian," tutur Jenny, dalam acara Press Conference JYK - Batik Durian Lubuklinggau Milan Fashion Week, Rabu, 13 Oktober 2021.
Harapan tersebut dilambangkan dengan motif lingkaran atau bentuk bulat dari buah durian itu sendiri. "Round symbol ini melambangkan 360 of section, which is if we have a hope akan melindungi kita dari hal negatif, our health, our mental health, and everything," ujar Jenny.
Yetti Oktarina Prana, Ketua Dekranasda Lubuklinggau dan Ketua Tim Penggerak PKK, mengaku awalnya ragu membawa batik durian Lubuklinggau ke kancah kancah internasional. Menurutnya, batik durian Lubuklinggau masih tergolong muda dan sederhana ketimbang batik-batik Indonesia lainnya.
"Sampai hari ini saya masih gak percaya bahwa Batik Durian bisa sampai ke Milan Fashion Week. Saya diajak oleh Mbak Jenny untuk membawa Batik Durian ke Milan," ujar perempuan yang akrab disapa Rina itu.
Ia menyebut sejak tampil di Milan Fashion Week 2021, peminat dari batik durian melonjak. Karena terbilang batik baru, Rina menjelaskan batik ini tidak memiliki aturan khusus sehingga lebih fleksibel diolah.
"Jadi dia batik yang baru lahir, dia tidak punya beban pakem yang pasti sehingga ini menjadi salah satu daya tarik. Dia bebas untuk berkembang menjadi dirinya sendiri," ujar Rina.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Jengkol dan Pinang
Batik yang dirintis sejak 2013 ini menggunakan pewarna alami dari jengkol dan pinang. Kedua tanaman ini dapat menghasilkan warna cokelat yang indah pada kain batik. Jengkol dapat memberikan warna cokelat tua yang pekat, sementara pinang dapat memberikan warna cokelat muda.
Rina menjelaskan, pemilihan nama batik dikarenakan Kota Lubuklinggau merupakan kota penghasil buah durian. "Durian kita luar biasa bagusnya, kalau bisa saya bilang durian kita mungkin salah satu yang terbaik," ujar Rina.
Durian Lubuklinggau biasanya dibiarkan hingga buah tersebut jatuh sendiri ke tanah dan tidak pernah dipetik. Karena Kota ini memiliki banyak komoditas durian, banyak pengusaha durian lokal dan olahan durian lainnya di kota ini.
Rina menuturkan bahwa, pemilihan buah durian sebagai motif batik karena jika buah durian diaplikasikan pada kain, bentuk dari buah tersebut masih terlihat. "Di awal-awal, kita konsisten kalau motif batik kita terbelah agar terlihat kalau itu buah durian. Saat ini pengembangan motif tidak kaku, jadi duriannya bebas," tambah Rina.
Advertisement
Kuasai Medan
Sementara, JYK berkomitmen untuk menggunakan kain alami yang berkelanjutan, seperti sutra mentah, sutra organza, katun, dan kulit vegan yang terbuat dari limbah kopi dan sayuran guna mendukung gerakan global sustainable fashion. Sama halnya dengan bahan batik yang digunakan, terbuat dari katun dan sutra dengan teknik pewarna ramah lingkungan.
Jenny menuturkan, pemilihan Kota Milan sebagai tempat pertunjukkan karena Milan merupakan kota mode dunia. "(Milan) rumah kedua bagi saya. Saya telah memiliki networking dan menguasai medannya," tambahnya.
Ia menambahkan, melalui Milan Fashion Week JYK tidak hanya sekadar menampilkan koleksi, sekaligus memperluas koneksi untuk membuka peluang kerja sama di kemudian hari.
"Sebagai desainer, kita nggak jual baju tapi kita jual cerita. Because people don’t need new clothes in their life or in their wardrobes, but they need a new story in their life," tutup Jenny. (Gabriella Ajeng Larasati)
Motif-Motif Batik Indonesia
Advertisement