Waspada, Gelombang Ketiga Covid-19 Bisa Gagalkan Pemulihan Ekonomi Indonesia

Indonesia berada di bawah bayang-bayang gelombang ketiga penyebaran Covid-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Okt 2021, 13:40 WIB
Pejalan kaki menggunakan masker di trotoar Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (27/5/2020). Empat provinsi di Indonesia termasuk DKI Jakarta akan mulai melakukan persiapan menuju new normal atau tatanan kehidupan baru menghadapi COVID-19. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Tanda-tanda pemulihan ekonomi telah dimulai sejak akhir kuartal III dan memasuki kuartal IV tahun ini. Kondisi ini dinilai sampai ketika awal kuartal II, ketika capaian pertumbuhan eknomi kuartal I tumbuh positif di angka 0,74 persen (yoy). Nuansa optimisme yang digaungkan pemerintah pun sama ketika Covid-19 varian delta belum sampai di Indonesia.

"Kita lihat sudah ada beberapa pemulihan yang pasti, narasi yang dibangun sat ini sama dengan pada April dan Mei lalu setelah melihat hasil indikator perekonomian pada kuartal I. Optimisme yang sama, api kita terpukul karena varian delta," tutur Kepala Departemen Ekonomi CSIS, Yose Rizal Damuri dalam Webinar Perpajakan di Era Digital: Menelaah UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan, Jakarta, Kamis (14/10).

Namun Yose menilai peningkatan di sektor konsumsi belum sepenuhnya kuat. Masih banyak kegamangan yang dihadapi masyarakat, pebisnis hingga investor.

Hal ini tercermin dari rasio pembiayaan dan deposito yang masih di atas sekitar 90 persen dari biasanya di atas 100 persen. Artinya, saat ini masih banyak orang yang memilih menyimpan dana ketimbang mengajukan pembiayaan untuk melakukan aktivitas produksi maupun investasi.

Kondisi ini terjadi karena bayang-bayang gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia. Lalu ancaman tekanan inflasi yang saat ini tengah terjadi di beberapa negara.

Kondisi ekonomi regional dan global hingga potensi krisis ekonomi dan krisis keuangan menjadi beban untuk pemulihan di Indonesia. Belum lagi soal peningkatan harga komoditas yang bisa menimbulkan inflasi di tanah air. Akibatnya, pemulihan ekonomi berjalan stagnan meskipun beberapa indikator telah menunjukkan performanya.

"Pemulihan ekonomi lebih pasti tapi dibayangi stagnasi yang cukup parah. Mengingat ada banyak angin dari depan yang membuat perekonmian ini tidak bsia jalan dengan lebih cepat," kata Yose.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


IMF Turunkan Ramalan Pertumbuhan Ekonomi

Sejumlah orang berjalan di trotoar pada saat jam pulang kantor di Kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (8/6/2020). Aktivitas perkantoran dimulai kembali pada pekan kedua penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Apalagi, IMF baru-baru ini menurunkan ramalan pertumbuhan ekonomi global dan Indonesia. IMF merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi nasional turun menjadi 3,2 persen. Padahal, sebelum adanya varian delta, IMF memperkirakan pertumbuhan Indonesia di atas 4 persen.

"IMF revisi ramalannya tahun ini, Indonesia mendapatkan perekonmian 3,2 persen, padahal sebelum gelombang kedua kemarin kita diprediksi bisa mencapai 4 persen," kata dia.

Meski pemerintah optimis bisa mencapai target yang telah ditetapkan, namun harus diakui akan banyak tantangan yang dihadapi selama proses pemulihan ekonomi nasional.

 

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya