Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) bertahan di zona hijau hingga penutupan perdagangan Kamis, (14/10/2021). Dengan penguatan saham BBCA itu dongkrak kapitalisasi pasar saham BCA.
Mengutip data RTI, saham BBCA naik 2,99 persen ke posisi Rp 7.750 per saham. Saham BBCA berada di level tertinggi Rp 7.900 dan terendah Rp 7.600 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 58.453 kali dengan volume perdagangan 1.534.108. Investor asing beli saham BBCA Rp 219,8 miliar.
Penguatan saham BCA juga menopang laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pada penutupan perdagangan, IHSG naik 1,36 persen ke posisi 6.626,11.
Baca Juga
Advertisement
Indeks LQ45 menanjak 1,26 persen ke posisi 972,65. Seluruh indeks acuan kompak menghijau. IHSG sentuh level tertinggi 6.637 dan terendah 6.552.
Head of Equity Trading PT MNC Sekuritas Medan Frankie Prasetio menuturkan, stock split yang dilakukan BCA penopang kenaikan IHSG. Ia mengatakan, stock split saham BBCA membuat harga saham lebih terjangkau dan banyak saham beredar sehingga menarik investor terutama ritel.
"Dengan kinerja BBCA yang tergolong kuat dan terus bertumbuh bisa saja sahamnya yang setelah stock split ini memiliki potensi untuk naik,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Kapitalisasi Pasar Saham di BEI
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), kapitalisasi pasar saham BCA sentuh posisi Rp 946 triliun pada Kamis, 14 Oktober 2021. Kapitalisasi pasar saham BCA masih berada di posisi pertama di pasar modal Indonesia. Sedangkan berdasarkan data RTI, kapitalisasi pasar saham BCA menyentuh posisi Rp 955,38 triliun.
Kemudian disusul PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 638 triliun, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp 379 triliun, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp 331 triliun, dan PT Astra International Tbk (ASII) sebesar Rp 252 triliun.
Selanjutnya, kapitalisasi pasar saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) sebesar Rp 170 triliun, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) sebesar Rp 156 triliun, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) sebesar Rp 133 triliun, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar Rp 127 triliun.
Advertisement