5 Warga Lebanon Tewas dalam Demonstrasi Putusan Hakim Terkait Ledakan Beirut

Sedikitnya lima orang tewas dan 25 lainnya luka-luka akibat tembakan di Beirut, kata Palang Merah Lebanon.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 14 Okt 2021, 19:51 WIB
Suasana setelah ledakan besar di Beirut, Lebanon, Selasa, (4/8/2020). Dua ledakan besar mengguncang ibukota Lebanon, Beirut, melukai puluhan orang, menghancurkan bangunan dan mengirimkan asap besar mengepul ke langit. (AFP Photo/Layal Abou Rahal)

Liputan6.com, Beirut - Sedikitnya lima orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka akibat tembakan senjata api dalam aksi demo atas protes penilaian hakim yang menyelidiki ledakan pelabuhan Beirut, Lebanon.

Ratusan pendukung Hizbullah dan sekutunya yang mengenakan pakaian hitam berkumpul di Istana Kehakiman Beirut pada Kamis (14/10) menyerukan pencopotan Hakim Tarek Bitar dari penyelidikan ledakan Pelabuhan Beirut, menuduhnya bias.

Tembakan terdengar Tayyoune, yang tak jauh dari Istana Kehakiman Beirut, demikian dikutip dari laman Al Jazeera, Kamis (14/10/2021).

Sedikitnya lima orang tewas dan 25 lainnya luka-luka akibat tembakan, kata Palang Merah Lebanon kepada Al Jazeera.

Tentara Lebanon turun tangan, menangkap salah satu penembak. Identitas dan afiliasi para penembak tidak dijelaskan.

Perdana Menteri Najib Mikati menyerukan jangan ada ketenangan yang mampu menyeret Lebanon ke dalam kekerasan.

Tentara mendesak warga sipil untuk meninggalkan daerah sekitar insiden itu dan memperingatkan mereka akan menembak siapa pun yang melepaskan tembakan.

Dalam sebuah pernyataan, Hizbullah dan sekutunya Amal meminta para pendukung mereka untuk tetap tenang dan "tidak masuk pada perselisihan."

Insiden itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan atas penyelidikan ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut pada 4 Agustus 2020.

Para pengunjuk rasa berkumpul di ibukota Beirut dua hari setelah kritik paling pedas Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah terhadap Bitar.

Nasrallah menuduh hakim terlalu politis kepada pejabat yang terlibat dalam penyelidikannya.

Bitar telah berbulan-bulan mencoba mengejar mantan menteri Ali Hasan Khalil, Ghazi Zeiter, Nouhad Machnouk, Youssef Finianos, serta mantan perdana menteri Hasan Diab.

Khalil dan Zeiter tergabung dalam Gerakan Amal, sebuah partai Syiah yang dipimpin oleh Ketua Nabih Berri dan bersekutu erat dengan Hizbullah.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Harapan AS dan Uni Eropa

Sejumlah balon diterbangkan dalam upacara untuk memperingati peristiwa ledakan pelabuhan 4 Agustus di Beirut, Lebanon, 4 Oktober 2020. Dua ledakan yang mengguncang Pelabuhan Beirut menghancurkan sebagian kota dan menewaskan sekitar 190 orang serta melukai 6.000 lainnya. (Xinhua/Bilal Jawich)

Hakim juga telah meminta untuk memanggil Kepala Keamanan Umum Mayor Jenderal Abbas Ibrahim dan Kepala Keamanan Negara, Mayor Jenderal Tony Saliba. Namun, kementerian dalam negeri dan Dewan Pertahanan Tinggi tidak memberinya izin untuk melakukannya.

Khalil dan Zeiter mengeluarkan pengaduan hukum pada Selasa (12/10) yang memaksa Bitar untuk sementara menangguhkan penyelidikan beberapa saat setelah mengeluarkan surat perintah penangkapan Khalil.

Uni Eropa dan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menyerukan agar penyelidikan dilanjutkan tanpa halangan.

Lebih dari 200 orang tewas dan lebih dari 6.500 terluka dalam ledakan di pelabuhan Beirut tahun lalu, ketika tumpukan besar amonium nitrat, yang telah disimpan dengan tidak aman di pelabuhan selama bertahun-tahun, meledak.

Ledakan itu adalah salah satu ledakan non-nuklir terbesar yang pernah tercatat, dan insiden tunggal paling merusak dalam sejarah Lebanon. Seluruh lingkungan ibu kota negara hancur.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya