Liputan6.com, Jakarta Dokter Hendro memilih obstetri dan ginekologi (obgyn) sebagai bidang studi dan karier karena dilatari pengalaman menyentuh saat berada di Merauke, Papua.
Kala itu, dokter bernama lengkap Ketut Suhendro MKes AIFO SpOG masih berstatus pegawai tidak tetap (PTT) di daerah sangat terpencil pada wilayah dengan julukan Kota Rusa.
Advertisement
Pria kelahiran Lampung ini menemukan masih banyak perempuan hamil yang melahirkan di hutan tanpa didampingi tenaga kesehatan. Menurut Hendro, inilah yang kemudian menyebabkan tingginya angka kematian ibu dan anak di daerah tersebut.
Miris, begitu kesan yang ditangkap inderanya saat itu.
Hendro pun bertekad menjadi dokter kebidanan dan kandungan yang kelak dapat membantu perempuan mengandung dan melahirkan agar ibu dan bayinya bisa punya kehidupan yang lebih baik.
“Makin banyaknya ibu hamil yang sehat, generasi bangsa juga bisa kita perbaiki,” ujar Dokter Hendro yang kini bertugas di RS Kasih Ibu Tabanan, Bali kepada Health Liputan6.com, Kamis, 14 Oktober 2021.
Latar Pendidikan
Dengan berbekal misi tersebut, Hendro mengambil studi Obstetri dan Ginekologi sekitar 2011 hingga 2015 di Universitas Padjadjaran, Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.
Beberapa tahun sebelumnya, tepat pada 2000 selama tujuh tahun, Hendro mengambil jurusan di Fakultas Kedokteran, dan di saat yang bersamaan tepatnya 2004 hingga 2007 di univesitas yang sama, Universitas Padjadjaran, dokter Hendro menekuni Ilmu Faal dan Kedokteran Olah Raga.
Adapun yang melatarinya ingin mendalami olahraga ibu hamil karena ingin mengubah pandangan atau persepsi masyarakat bahwa saat perempuan hamil tidak boleh melakukan aktivitas olah raga.
Perempuan hamil identik dengan kondisi ibu yang mengharuskan untuk lebih banyak berhenti beraktivitas atau berdiam diri di rumah pun berusaha ditepisnya.
“Banyak ibu hamil yang milih mager, padahal tanpa disadari hal itu justru menurunkan kebugaran tubuhnya,” kata dokter yang kini berpraktik di Kasih Ibu Hospital Tabanan dan Klinik Kasih Ibu Bajra Bali ini.
Advertisement
Serba-Serbi
Bapak dari tiga anak ini mendapati perubahan dalam pola pikir masyarakat seiiring kemajuan teknologi. Didapatinya fenomena berkembangnya teknologi yang makin pesat yang juga berdampak pada semakin mudahnya pasien memeroleh informasi lewat internet.
Hal itu tak urung menyebabkan banyak pasien yang mencoba-coba terapi pengobatan dengan berdasarkan testimoni yang tidak ada dasar ilmiah kuat. Hendro mengkhawatirkan kalau kebiasaan itu terus dilakukan akan turut memengaruhi kesehatan si ibu kala mengandung dan melahirkan.
“Ya kalau yang dilihatnya benar dan mendasar, kalau tidak?” katanya.
Pengalaman di Ruang Operasi
Kala itu sekitar 2014, RSUD tempatnya bekerja masih terbatas sarana dan prasarananya. Kapasitas genset tidak kuat untuk mencukupi kebutuhan daya listrik RS terutama saat listrik padam.
Dia dan tim dokter sedang menjalankan operasi sesar. Tiba-tiba listrik di kamar operasi padam sekitar 15 menit. Syukurnya operasi bisa tetap berlangsung lancar sampai selesai dengan bantuan lampu dari gawai asisten dokter yang berada di ruangan tersebut.
Bagian Yayasan Kanker Indonesia (YKI)
Dokter Hendro juga merupakan Pengurus Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Tasikmalaya periode 2017-2022.
Beberapa kegiatan yang kerap dilaksanakan di YKI seperti memberikan penyuluhan pentingnya deteksi dini kanker serviks dan kanker payudara ke sekolah, madrasah, sampai universitas di Tasikmalaya.
Mengadakan pemeriksaan Iva tes atau Papsmear gratis untuk deteksi dini kanker serviks, juga pelatihan pemeriksaan SADARI untuk deteksi dini kanker payudara, home visit kepada para penyintas kanker.
Advertisement