Potensi Startup Raih Pendanaan dari Pasar Modal

Akselerasi digitalisasi tidak hanya di perbankan, tetapi juga di pasar modal.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Okt 2021, 22:33 WIB
Ilustrasi Startup - Kredit: rawpixel via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Akselerasi digitalisasi sangat penting bagi percepatan ekonomi di Indonesia. Hal ini menjadi tantangan, khususnya sektor keuangan untuk menyediakan pelayanan yang cepat, murah dengan kualitas bagus.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menuturkan, hal ini bukan hanya di sektor perbankan tetapi juga berlaku di pasar modal. Dengan demikian, ini potensi besar bagi perusahaan rintisan atau startup untuk masuk ke area ini.

"Di seluruh dunia terjadi bahwa startup menjadi potensi meraih pendanaan di pasar modal. Pertumbuhan ekonomi baru harus menjadi fokus utama kita, ” ujar Wimboh dalam acara Capital Market Summit & Expo, Kamis (14/10/2021).

Ia menambahkan, Indonesia juga harus dapat memanfaatkan insentif terkait green economy, emisi karbon dan mengoptimalkan insentif itu untuk menjadi hal positif terhadap perusahaan-perusahaan di Indonesia. Hal ini juga dengan transisi yang smooth dari fosil energi menuju energi terbarukan.

"Sektor keuangan memiliki peran sangat penting untuk mendorong pemahaman taksonomi dan juga bagaimana memahami risiko pengangguran. Sehingga seluruh komponen keuangan dapat memahaminya dengan baik,” kata dia.

 

Di sisi lain, OJK juga mencatat penghimpunan dana dari pasar modal mencapai Rp 266,82 triliun hingga 5 Oktober 2021. Wimboh menuturkan, pencapaian itu melampaui perolehan 2020 yang hanya Rp 118 triliun.

"Pasar modal juga mencetak investor baru yang luar biasa sebanyak 6,4 juta investor per September 2021,” kata dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pemulihan Ekonomi

Wimboh menuturkan, pihaknya juga  mengamati kondisi domestik terutama terkait pemulihan mobilisasi dan konsumsi masyarakat. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia 55,07 persen berasal dari konsumsi rumah tangga.

Adapun strategi percepatan pemulihan ekonomi itu antara lain keberhasilan pengendalian COVID-19 melalui akselerasi vaksinasi nasional dan kesiapan fasilitas kesehatan sebagai langkah preventif dan antisipatif. "Langkah ini akan konsisten dilakukan,” kata dia.

Selain itu melihat arah kebijakan fiskal dan moneter di negara-negara maju serta normalisasi. “Poin ini menjadi perhatian sehingga kita harus bisa memitigasi dampak potensi negatif. Supaya tetap resilience meskipun ada normalisasi dari kebijakan fiskal dan moneter dari negara maju,” kata dia.

Wimboh menambahkan, pentingnya mendorong peningkatan permintaan domestik. Ia menuturkan, dengan mobilisasi yang lebih longgar diharapkan menjadi sumber pertumbuhan paling besar.

"Di samping itu kita tetap harus mendorong produktivitas untuk mendorong produk-produk yang berorientasi ekspor. Misalnya teknis yang memiliki permintaan cukup besar di global. OJK berharap industri tekstil lokal tidak terganggu sehingga bisa berkontribusi lebih,” kata dia.

Kemudian fokus pada pemulihan ekonomi di sektor yang terkena langsung pandemi COVID-19. Hal ini dilakukan dengan restrukturisasi. Wimboh menuturkan, OJK siap melayani apabila sektor pariwisata sudah kembali bangkit ada situasi tersebut.

"Jika pada saat apabila sektor pariwisata ini sudah bangkit kembali, mulai dari transportasi, hotel, cafe, dan service lainnya. Jangan sampai ketika sektor pariwisata sudah siap, justru Indonesia tidak siap melayaninya. Padahal sektor pariwisata sangat berpotensi bagi ekonomi Indonesia,” ujar dia.

 

Reporter: Ayesha Puri

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya