Liputan6.com, Jakarta - Gempa beberapa kali terjadi di Tanah Air. Namun, menurut Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Malang Ma'muri, meskipun berulang, gempa tersebut tak bisa diprediksi.
"Memang ada kajian tentang periode ulang bisa 100 tahunan, bisa 200 tahunan atau lebih. Tapi itu belum pernah ada yang tepat," kata Ma'muri seperti dikutip dari Antara, Jumat (15/10/2021).
Advertisement
Sebelumnya, BMKG mengingatkan potensi gempa besar magnitudo 8,7 di pesisir Jawa Timur. Gempa besar ini bisa berdampak tsunami mengacu siklus 100 tahunan di wilayah selatan Jawa.
Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Pusat Daryono menjelaskan, bahwa memang ada metode statistik untuk menghitung periode ulang gempa. Akan tetapi, belum ada yang tepat menghasilkan informasi kapan gempa besar akan terjadi pada tahun berapa, bulan apa atau bahkan hingga tanggal berapa.
"Perulangan gempa besar atau return period itu dalam keyakinan saya, pasti terjadi, karena peristiwa gempa besar adalah siklus. Tetapi masih sulit untuk memastikan kapan terjadinya perulangan gempa besar itu," kata Daryono.
Prediksi Belum Ada yang Tepat
Lebih lanjut dia menjelaskan, dengan metode statistik, para ahli dapat melakukan perhitungan periode ulang gempa (return period) tersebut. Tetapi kenyataannya, hitungan yang dilakukan belum ada yang sukses dengan tepat mampu menjawab kapan terjadi perulangan gempa terjadi, karena tingkat error hasil perhitungan yang dilakukan selama ini besar.
"Jadi masalah perulangan gempa ini masih dalam taraf kajian yang ada dalam riset atau perkuliahan mahasiswa jurusan gempa (seismologi). Operasionalnya belum ada untuk prediksi gempa," katanya.
Advertisement