8,7 Persen Penduduk Dunia Alami Degenerasi Makula

Degenerasi makula menjadi salah satu penyebab disabilitas netra yang perlu diwaspadai.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 16 Okt 2021, 10:00 WIB
ilustrasi degenerasi makula/pixabay

Liputan6.com, Jakarta Degenerasi makula menjadi salah satu penyebab disabilitas netra yang perlu diwaspadai.

Degenerasi makula atau Age-related Macular Degenerations (AMD) merupakan salah satu penyakit mata yang menyerang bagian retina, khususnya pada area makula. Secara global, diperkirakan AMD menyerang sekitar 8,7 persen populasi penduduk dunia yang berusia lebih dari 50 tahun. 

“Makula, area berukuran lima milimeter di tengah retina, merupakan lapisan saraf pada dinding bola mata yang berfungsi menerima cahaya. Makula berperan penting sebagai penglihatan sentral dan mengidentifikasi warna,” papar Dr. Elvioza, SpM(K), Ketua Retina Service dan Dokter Spesialis Mata JEC Eye Hospitals & Clinics mengutip keterangan pers, Jumat (15/10/2021).

Ia menambahkan, adanya gangguan pada struktur makula berdampak sangat besar pada kualitas penglihatan.

Penderita AMD lazim mengalami penglihatan buram atau gelap yang mulai muncul dari tengah lapang pandang. Kondisi ini tentu mempengaruhinya dalam membaca, menyetir kendaraan, menulis, bahkan mengenali wajah orang.


Kelainan Kornea

Selain degenerasi makula, masalah kesehatan mata lain yang perlu ditangani dengan serius adalah kelainan kornea.

Hingga 2020, sekitar 35 juta orang di Indonesia mengalami gangguan penglihatan.  Dari jumlah tersebut, 3,7 juta orang mengalami disabilitas netra, termasuk akibat kelainan kornea.

Data World Health Organization (WHO) menyebut kelainan kornea sebagai penyebab disabilitas netra terbesar keempat di dunia setelah katarak, glaukoma, dan degenerasi makula.

Menurut Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI), diperkirakan 1 per 1.000 orang penduduk Indonesia menyandang disabilitas netra akibat kelainan kornea. Dengan kata lain, sebanyak 270 ribu dari 270 jiwa masyarakat Indonesia mengalami disabilitas netra karena hilangnya transparansi yang merupakan sifat dasar dari kornea. 

“Jumlah disabilitas netra akibat masalah kornea di Indonesia tidak sebanding dengan jaringan kornea yang tersedia. Sangat disayangkan kita masih harus bergantung kepada negara lain untuk penyediaan kornea yang dibutuhkan untuk cangkok,” kata Dr. Sharita Siregar, SpM(K), Kepala/Direktur Medis Lions Eye Bank Jakarta (LEBJ) mengutip keterangan yang sama.

Walaupun target 100 jaringan kornea lokal telah tercapai pada 2019 lalu, tetapi jumlah tersebut belum bisa menyelesaikan angka disabilitas netra kornea yang tinggi di Indonesia, tambahnya.


Butuh Partisipasi Masyarakat

Untuk mengurangi angka disabilitas netra kornea, partisipasi aktif masyarakat luas menjadi kunci, lanjut Sharita.

“Kami berharap masyarakat Indonesia semakin mudah menjangkau layanan LEBJ untuk mendonorkan mata mereka. Dengan semakin banyak donor kornea yang terfasilitasi, maka semakin cepat pula penanganan para pasien yang membutuhkan tindakan transplantasi kornea.”

Menurutnya donor kornea dapat berkontribusi dalam menurunkan angka disabilitas netra akibat masalah kornea.

 

 


Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta

Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya