Liputan6.com, Bogor: Balai Pengembangbiakan Sel dan Jaringan Pusat Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor, Jawa Barat, berhasil melakukan rekayasa genetika pengembangbiakan sel hewan, Ahad (3/12). Eksperimen mereka berwujud seekor kerbau langka yang kemudian diberi nama Litor.
Kerbau ganjil berkulit bule itu adalah spesies mamalia satu satunya didunia dengan populasi 15 ribu ekor. Binatang dengan ciri fisik albino belang dari jenis bubalus bubalus sebelumnya hanya muncul di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Namun, kini kerbau "keramat" itu lahir di bumi Parahyangan dalam keadaan normal dengan berat 26 kilogram. Hewan yang kerap disebut kerbau Tedong Bonga dipercaya oleh masyarakat Tana Toraja sebagai kendaraan roh manusia di akhirat. Selain itu, kerbau ini juga berfungsi sebagai korban upacara kematian adat.
Eksperimen ketiga yang dilakukan LIPI Bogor mematahkan mitos bahwa kerbau tedong bonga tak dapat berkembang biak di luar tanah leluhurnya. LIPI, bahkan berencana akan menerapkan rekayasa genetika pengembangbiakkan untuk mencegah kepunahan hewan langka itu. Hasil rekayasa genetika tersebut diharapkan memiliki sejumlah kriteria unggul dan memenuhi syarat secara adat Toraja.(SAB/Alfito Deannova dan Satya Pandia)
Kerbau ganjil berkulit bule itu adalah spesies mamalia satu satunya didunia dengan populasi 15 ribu ekor. Binatang dengan ciri fisik albino belang dari jenis bubalus bubalus sebelumnya hanya muncul di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Namun, kini kerbau "keramat" itu lahir di bumi Parahyangan dalam keadaan normal dengan berat 26 kilogram. Hewan yang kerap disebut kerbau Tedong Bonga dipercaya oleh masyarakat Tana Toraja sebagai kendaraan roh manusia di akhirat. Selain itu, kerbau ini juga berfungsi sebagai korban upacara kematian adat.
Eksperimen ketiga yang dilakukan LIPI Bogor mematahkan mitos bahwa kerbau tedong bonga tak dapat berkembang biak di luar tanah leluhurnya. LIPI, bahkan berencana akan menerapkan rekayasa genetika pengembangbiakkan untuk mencegah kepunahan hewan langka itu. Hasil rekayasa genetika tersebut diharapkan memiliki sejumlah kriteria unggul dan memenuhi syarat secara adat Toraja.(SAB/Alfito Deannova dan Satya Pandia)