Keuangan Menipis Usai Taliban Berkuasa, Panti Asuhan di Afghanistan Mulai Kesulitan

Panti asuhan di Afghanistan mulai kesulitan karena kondisi keuangan yang menipis.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 15 Okt 2021, 15:54 WIB
Anak-anak bermain pada palang besi yang terpasang di Shahr-e Naw Park, Kabul, Afghanistan, 9 September 2021. Taliban menguasai Afghanistan setelah pasukan Amerika Serikat meninggalkan negara tersebut. (HOSHANG HASHIMI/AFP)

Liputan6.com, Kabul - Ahmad Khalil Maya, direktur program di sebuah panti asuhan besar di Kabul, mengatakan bahwa dia mengurangi jumlah buah dan daging yang dia berikan kepada anak-anak setiap minggu karena kehabisan uang.

Selama dua bulan terakhir, sejak Taliban menguasai Afghanistan dan bantuan dana yang tiba-tiba berhenti, dia dengan putus asa menelepon dan mengirim email kepada para donor, baik asing maupun lokal, yang sebelumnya mendukungnya. Demikian seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (15/10/2021).

"Sayangnya, kebanyakan dari mereka telah meninggalkan negara itu - donor Afghanistan, donor asing, kedutaan. Ketika saya menelepon mereka atau mengirim email kepada mereka, tidak ada yang menjawab saya," kata Maya.

"Kami sekarang mencoba menjalankan tempat itu dengan sedikit uang dan dengan sedikit makanan," tambahnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kondisi Panti Asuhan

Seorang perempuan menggendong salah satu dari dua bayinya di bangsal gizi buruk Rumah Sakit Anak Indira Gandhi di Kabul, Selasa (5/10/2021). UNICEF menyebut hampir dua juta anak-anak Afghanistan berisiko kekurangan gizi karena kemiskinan akut di tengah lonjakan harga bahan makanan. (AP/Felipe Dana)

Ada sekitar 130 anak di panti asuhan berusia tiga tahun ke atas. Tempat ini telah beroperasi selama lebih dari satu dekade, dan menyediakan tempat berlindung bagi mereka yang kehilangan kedua orang tua atau hanya satu yang tidak mampu untuk menjaga mereka.

Di antara mereka adalah Samira yang berusia sembilan tahun, dari provinsi Badakhshan timur laut yang telah berada di panti asuhan selama hampir dua tahun setelah ayahnya meninggal dan ibunya tidak memiliki sarana untuk menghidupi saudara-saudaranya.

Panti asuhan seperti ini memainkan peran besar di Afghanistan, di mana puluhan ribu warga sipil tewas dalam perang yang telah menghancurkan negara itu selama lebih dari 40 tahun.

Kurangnya dana, yang telah memberi dampak keras terhadap badan amal, organisasi non-pemerintah dan warga Afghanistan biasa sejak gerakan garis keras Taliban mengambil kembali kendali negara, memaksa Maya ke dalam pilihan sulit.

Panti asuhan mencoba mengirim beberapa anak kembali ke kerabat yang relatif kaya, tetapi satu per satu mereka telah kembali.

Maya mengatakan staf harus mengurangi porsi makanan dan membatasi jenis makanan yang dimakan anak-anak.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya