Liputan6.com, Jakarta - Pasar modal Indonesia kian bersinar di pasar global, utamanya di kawasan Asia Tenggara. Hal itu sejalan dengan upaya Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk turut mendorong dan mengembangkan ekonomi baru di tanah air.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna Setia mengatakan, berbicara ekonomi baru tak bisa lepas dari peran teknologi sebagai infrastruktur penunjangnya. Dengan bonus demografi yang besar dan adaptif terhadap teknologi, ekonomi Indonesia disebut memiliki prospek yang cemerlang.
"Indonesia adalah bagian dari negara-negara Asia Tenggara, yang memiliki pertumbuhan yang menjanjikan di masa depan, karena pertumbuhan populasi muda yang besar,” kata Nyoman dalam CMSE Expo, Jumat (15/10/2021).
Baca Juga
Advertisement
Nyoman menyebutkan, ada 670 juta penduduk di 11 negara di kawasan Asia Tenggara. Indonesia menyumbang hampir 40 persen penduduk di daerah tersebut. Selain itu, Nyoman mengungkapkan, Indonesia memiliki jumlah unicorn tertinggi di ASEAN.
"Berdasarkan data, 6 dari 13 unicorn berasal dari Indonesia. Lebih-lebih lagi. Indonesia juga memiliki potensi besar untuk menciptakan unicorn baru,” sebut Nyoman.
Senada, Chief Executive Officer Hong Kong Exchanges & Clearing, Nicolas Aguzin mengatakan, Indonesia memiliki prospek menjanjikan pada masa mendatang. Hal itu merujuk pada sejumlah capaian Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga saat ini.
Ia menjabarkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini sangat sangat mengesankan Bahkan diproyeksi Bank Dunia untuk tumbuh 4,4 persen pada tahun ini, dan berlanjut hingga tahun depan.
"Jadi, tren pasar modal yang cukup impresif dan belakangan ini juga sejalan dengan pemulihan ekonomi,” kata Aguzin.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Didukung Pertumbuhan Ekonomi
Bahkan ia prediksi, pemulihan ekonomi tinggi berlanjut pada 2022. "Ini kemungkinan akan naik lebih tinggi tahun depan. Mencerminkan tingginya pendanaan oleh banyak perusahaan, karena mereka pulih dari tekanan selama pandemi covid-19,” imbuhnya.
Nyoman memaparkan data per 8 Oktober yang menyebutkan terdapat 38 IPO senilai Rp 32,15 triliun. Sementara masih ada 21 perusahaan yang berada di pipeline IPO Bursa.
"Jadi dengan IPO baru-baru ini, kami mengharapkan likuiditas pasar modal di Indonesia yang lebih besar, termasuk daya tarik aliran masuk modal asing lebih lanjut,” pungkasnya.
Advertisement