Liputan6.com, Canberra - Para pemimpin global akan bertemu di Glasgow untuk menghadiri konferensi iklim PBB COP26. Perdana Menteri Australia Scott Morrison sempat menuai kritik secara global ketika ia mengindikasikan akan memboikot pertemuan ini pada bulan lalu.
Conference of the Parties ini bertujuan untuk membahas perubahan iklim dan bagaimana negara-negara di dunia berencana untuk menanggulanginya. Pada pertemuan yang ke-26 diadakan di Glasgow, Skotlandia dan dikepalai oleh Alok Sharma.
Australia merupakan produsen besar batubara dan gas sehingga tekanan untuk berkomitmen pada aksi iklim lebih kuat. Kebijakan iklim dan pengurangan emisinya termasuk yang terburuk di Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
"Saya mengkonfirmasi kehadiran saya di KTT Glasgow, acara yang saya nantikan untuk dihadiri. Ini adalah acara penting," kata Morrison sebagaimana diwartakan dalam BBC, Jumat (15/10/2021).
Baca Juga
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Didesak Pangeran Charles
Aktivis iklim telah mencoret Morrison karena tidak berkomitmen untuk hadir. Hal ini dianggap sebagai penghinaan diplomatik terhadap Inggris, sekutu dekat Australia.
Pangeran Wales, Pangeran Charles telah mendesak PM Australia Scott Morrison untuk menghadiri pertemuan penting terkait iklim yang akan diselenggarakan pada 31 Oktober dan 15 November ini.
Dalam sebuah wawancara dengan BBC, Pangeran Charles sebelumnya mengungkapkan keterjutan atas komentar Morrison, mendesak para pemimpin untuk bertindak segera memerangi perubahan iklim.
KTT iklim global COP26 akan menjadi konferensi perubahan iklim terbesar sejak kesepakatan iklim di Paris pada 2015. Hampir 200 negara ditanyai tentang rencana mereka untuk mengurangi emisi dan hal ini dapat menyebabkan perubahan besar dalam kehidupan kita sehari-hari.
Morrison mengutip tantangan COVID sebagai alasan dia mungkin tidak hadir dengan mengatakan bahwa ia telah menjalani banyak karantina. Namun, Australia mulai membuat rencana untuk mengakhiri persyaratan karantina.
Banyak negara telah menetapkan target ambisius untuk mencapai emisi nol bersih pada 2050, tetapi Australia menolak untuk melakukannya.
Australia telah berkomitmen untuk pengurangan 26 persen pada emisi 2005 pada tahun 2030, target yang sering dikritik karena terlalu lemah.
Para ahli mengatakan Australia perlu berkomitmen untuk pemotongan 47 persen pada 2030 jika ingin memenuhi tujuan PBB untuk menjaga kenaikan suhu di bawah atau setara dengan 1,5 derajat celsius.
Advertisement
Australia dan Batubara
Australia adalah salah satu penghasil emisi terbesar berdasarkan basis per kapita karena jaringan energinya masih sangat bergantung pada tenaga batubara. Pemerintah konservatif telah menghadapi tekanan selama berbulan-bulan, baik di dalam maupun di luar negeri, untuk memperbaiki kebijakan iklimnya.
"Pemerintah akan menyelesaikan posisinya untuk dibawa ke KTT. Kami sedang menangani masalah-masalah itu," kata Morrison pada Jumat, 15 Oktober.
Banyak bagian pedesaan Australia bergantung pada batu bara, gas, dan pertanian. Batubara adalah ekspor Australia yang paling menguntungkan kedua dan diperkirakan permintaan akan terus berlanjut setidaknya selama satu dekade yang akan datang.
"Rencana yang saya ambil bersama rekan-rekan saya adalah untuk memastikan bahwa daerah kami kuat, bahwa pekerjaan daerah kami tidak hanya dilindungi tetapi memiliki peluang untuk masa depan," kata Morrison.
Penulis: Anastasia Merlinda
Infografis: Bumi Makin Panas, Apa Solusinya?
Advertisement