Intip Strategi Investasi BP Jamsostek

Investor institusi menjalankan sejumlah strategi investasi baik jangka panjang dan jangka pendek.

oleh Agustina Melani diperbarui 16 Okt 2021, 09:39 WIB
Pekerja berjalan kaki saat jam pulang di kawasan Sudirman, Jakarta, Jumat (7/2/2020). BPJS Ketenagakerjaan yang kini bernama BP Jamsostek menargetkan sekitar 23,5 juta tenaga kerja baru masuk dalam daftar kepesertaan pada 2020. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Investor institusi memiliki peran penting untuk menggerakkan pasar modal. Untuk mengoptimalkan peran tersebut, investor institusi memiliki strategi investasi.

Dalam pemaparannya, Direktur Pengembangan Investasi BPJS Ketenagakerjaan (BP Jamsostek) Edwin Ridwan menuturkan, strategi investasi yang dilakukan itu berdasarkan tujuan investasi, toleransi risiko, dan jangka waktu.

Kemudian kebutuhan likuiditas, batasan dan persyaratan investasi, metode pengalokasian aset dan jenis atau kelas aset investasi.

Strategi investasi tersebut terbagi juga dibagi dua yaitu asset only dan liability-driven. Untuk investor insitusi yaitu manajer investasi (MI), korporasi, sekuritas, dan yayasan menerapkan strategi investasi asset-only.

Sedangkan investor institusi dari bank, asuransi dan dana pensiun menerapkan liability-driven. Edwin menuturkan, pihaknya sebagai badan penyelenggara jaminan sosial memiliki strategi investasi liability-driven.

Ia menjelaskan, pihaknya sebagai liability driven investor harus menentukan dulu liability profile yang dimiliki. Edwin mencontohkan, liability yang dimiliki tersebut dibagi beberapa periode ada jangka pendek dan panjang. Misalkan dalam jangka pendek ada yang jatuh tempo 1-5 tahun.

"Tapi ada juga konteks sekarang banyak peserta kami yang muda, banyak peserta kami membutuhkan dana dalam waktu 20-30 tahun ke depan, dengan liability profile tertentu itu baru menentukan investasi mau taruh di mana," ujar dia.

Ia menambahkan, sejumlah aspek yang dilihat investor institusi antara lain tujuan investasi, jenis, institusi, toleransi risiko, jangka waktu dan batasan investasinya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Tuangkan dalam Strategi Asset Allocation dan Tactical Asset Allocation

BPJS Ketenagakerjaan ubah nama panggilan menjadi BP Jamsostek.

Edwin menambahkan, strategi investor institusi dituangkan dalam strategic asset allocation untuk jangka panjang. Sedangkan jangka pendek dalam tacktical asset allocation.

Edwin mengatakan, tactical asset allocation ini untuk jangka lebih pendek untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi di pasar.

"Sebagai contoh dalam melakukan strategi aset lokasi di saham let say 30 persen 3-5 tahun ke depan, dalam praktiknya kondisi sekarang pandemi kami bisa secara tactical mengurangi aset alokasi tersebut," ujar dia.

Ia mencontohkan, saat kondisi pandemi tidak tambah alokasi di saham. Hal ini bagian dari strategi tactical asset allocation. Jadi BP Jamsosten menerapkan strategic asset allocation untuk jangka panjang dan jangka pendek dengan tacktical asset allocation.

"Bahkan mungkin akan lakukan penjualan karena outlook ekonomi kondisi pandemi volatilitas akan tinggi," ujar dia.

Edwin menambahkan, pihaknya untuk melakukan rebalancing setiap hari. Ini untuk mencerminkan pandangan mengenai outlook perekonomian, arah suku bunga, harga saham.

"Setiap hari terus rebalancing portofolio yang dimiliki itu lebih sesuai kondisi market pada saat tersebut. Sesuaikan portofolio yang ada. Rebalancing pertimbangkan pandangan mengenai efisiensi biaya yang terjadi,” kata dia.


BP Jamsostek Alokasikan 20 Persen Investasi di Saham

Pengunjung melintasi layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Adapun BP Jamsostek menempatkan dana kelolaan 20 persen di portofolio saham. Edwin mengatakan, sebagian besar peserta BP Jamsostek berusia muda. Ini merupakan bonus demografi pekerja muda sehingga mendominasi angkatan kerja.

Edwin menilai, generasi muda ini punya siklus investasi dengan toleransi risiko lebih besar sehingga yang cocok investasi di saham. Edwin mengatakan, berdasarkan studi, menempatkan investasi di saham secara jangka panjang karena imbal hasil jauh lebih baik dari obligasi.

"Sebagian besar peserta muda, tentu kita lakukan investasi di saham sekitar 20 persen dari total dana kelolaan baik investasi saham secara langsung dan reksa dana," kata dia.

Ia menambahkan, pihaknya sebagai investor institusi juga tidak keluar masuk seperti investor individu. Ini merupakan salah satu ciri investor institusi investasi di saham untuk jangka panjang.

"Sehingga ada kestabilan di pasar dan tidak keluar masuk," kata dia.

Edwin mengatakan, peran investor institusi lainnya dengan mengurangi ketergantungan dari investor asing. Kemudian investor institusi juga menambah likuiditas di pasar.

"Karena salah satu fungsi yang kami lakukan transaksi saham justru pada saat market turun, investor lain jual, kami yang beli. Kalau market naik, tentu investor institusi kalau mau jual tidak bisa satu hari, karena secara size signifikan. Aktivitas jual beli investor institusi tambah aktivitas di pasar," kata dia.


Peranan Investor Institusi

Pekerja bercengkerama di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). IHSG ditutup naik 3,34 poin atau 0,05 persen ke 5.841,46. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Peranan investor institusi lainnya juga mendukung perkembangan pasar modal. Edwin mengatakan, pihaknya menerima tambahan iuran Rp 75 triliun yang perlu diinvestasikan ke instrumen investasi.

"Besaran dana kelolaan di BP Jamsostek kami menerima tiap iuran tambahan Rp 75 triliun yang perlu kami investasikan instrumen investasi di pasar. Dana kelolaan makin besar dukungan investor institusi kepada pasar modal sangat penting," kata dia.

Selain itu, investor institusi juga menjadi mitra perusahaan yang akan IPO sediakan equity financing yang akan lakukan IPO.

Kemudian, peranan investor institusi lainya membantu pemerintah menutup defisit APBN. Edwin mengatakan, investor institusi menjadi salah satu pembeli terbesar surat utang negara (SUN) jika pemerintah terbitkan SUN.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya