Liputan6.com, Jakarta Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Marsudi Syuhud menegaskan sikap moderat sangat penting dalam membentuk konsep Ummatan Wasathan atau masyarakat yang berimbang.
Dan sikap moderat itu juga menjadi penting di era digital yang bercirikan penggunaan media sosial (medsos) seperti saat ini.
Advertisement
Sebab, ujar Marsudi, jika tidak ada sikap moderat, maka jagad medsos akan dipenuhi oleh konten-konten berisi kebohongan atau hoaks, kebencian dan hasutan. Dan kesemua hal itu sangat merusak Ummatan Wasathan.
Hal itu dikatakan Marsudi dalam Webinar Moya Institute bertajuk “Umat Islam Indonesia: Ummatan Wasathan," Jumat (15/10/2021).
"Bahwa yang dituntut ketika era medsos ini adalah tawasutiyah atau moderat, karena konten konten omongan itu jangan sampai dishare ke jagad medsos, apabila belum tahu kebenarannya," kata Marsudi.
Marsudi menegaskan, dalam menghadapi penyebaran konten yang merusak Ummatan Wasathan di medsos, masyarakat terutama umat Islam harus ditanamkan sikap untuk tidak menebarkan kabar bohong atau ujaran kebencian.
Apalagi, lanjut Marsudi, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan aturan terkait hal tersebut yang tertuang dalam Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Jadi, bila ada anggota atau kelompok masyarakat membagikan konten yang tidak sesuai fakta, maka jelas hal itu melanggar ajaran agama.
"Kalau mau berdialog diskusi mengangkat suatu topik, maka harus berdasarkan data dan fakta. Kalau tidak, ya itu hanya hoaks. Hoaks itu bohong, dan ohong itu dilarang Tuhan," katanya.
Dalam Webinar yang sama Rektor Universitas Islam International Indonesia (UIII) Komaruddin Hidayat menyatakan sebelum menjadi Nabi, Rasulullah SAW sudah memiliki kualitas kemanusiaan yang sempurna.
Nabi Muhammad, ujar Komarudin, sudah diberi gelar Al-Amin yang artinya Manusia yang bisa Dipercaya. Hal itu dikarenakan, Nabi Muhammad sudah menunjukkan sikap yang Wasathiyah atau moderat.
Hal itu mirip dengan beberapa masyarakat atau peradaban di dunia ini yang belum mengenal Islam atau agama, tapi peradabannya sudah bagus. Mereka anti korupsi, mencinta ilmu dan melindungi kemanusiaan.
"Sebaliknya, ada masyarakat yang sangat bersemangat bicara soal agama, tapi kualitas peradaban dan kemanusiaan nya masih kurang, jadi tak nyambung antara retorika agamanya dengan kualitas peradaban nya," ujar Komarudin.
"Yang bagus adalah, ketika kualitas peradaban dan kemanusiaan nya sudah bagus, ditambah dengan Wahyu Islam. Inilah yang makin mendekati Ummatan Wasathan," ujar Komarudin.
Luruskan Persepsi Islam
Sementara itu, Imam Besar di Islamic Center of New York, Muhammad Shamsi Ali menyatakan di dunia barat, studi tentang Islam kebanyakan dikemas dengan bungkus "Studi Timur Tengah".
Jadi, lanjut Shamsi, ada pemahaman di kalangan Barat, bahwa Islam adalah Timur Tengah. Menurut Shamsi Ali, hal itu harus diluruskan.
"Indonesia sebagai negeri Muslim terbesar di dunia harus bisa menunjukkan pada dunia, khususnya dunia Barat, bahwa Islam itu bukan Timur Tengah semata. Islam itu universal," tegas Shamsi.
"Bahkan, saya membayangkan suatu saat, bila orang di dunia ini mendengar nama Islam, maka pikiran mereka akan tertuju pada Indonesia. Disinilah pentingnya perwujudan Ummatan Wasathan dalam masyarakat Indonesia," tambahnya
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Moya Institute Hery Sucipto selaku pemantik diskusi menyatakan, sejatinya umat Islam Indonesia sudah memiliki banyak ciri yang menunjukkan Ummatan Wasathan.
"Kedepannya, tantangan bagi Umat Islam Indonesia untuk dapat mengejawantahkan prinsip-prinsip Ummatan Wasathan itu dalam menghadapi tantangan zaman, khususnya di masa pandemi yang belum berakhir ini," pungkasnya.
Advertisement