Turunkan Emisi, Industri Otomotif Minta Ini ke Pemerintah

Untuk mencapai target penurunan emisi gas buang kendaraan, pemerintah diminta tidak hanya fokus pada satu teknologi mobil listrik Battery Electric Vehicle (BEV).

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 16 Okt 2021, 19:40 WIB
Mobil BMW i8 Roadster, i8 Coupe dan BMW i3s mengawal konvoi mobil listrik jelang jadwal pelaksanaan balap mobil listrik atau Formula E 2020 di kawasan Sudirman, Jakarta, Jumat (20/9/2019). Jadwal pelaksanaan Formula E 2020 akan segera diumumkan. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah tengah mendorong pengembangan kendaraan listrik melalui roadmap Low Carbon Emission Vehicle (LCEV). Namun untuk mencapai target penurunan emisi gas buang kendaraan, pemerintah diminta tidak hanya fokus pada satu teknologi mobil listrik Battery Electric Vehicle (BEV) saja.

Sebab, jika hanya fokus pada BEV, target pemerintah turunkan emisi bakal sulit tercapai. Hal tersebut diungkapkan Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam.

Menurut dia, semua teknologi kendaraan seperti Internal Combustion Engine (ICE), Hybrid Electric Vehicle (HEV) sampai Plug In Hybrid Electric Vehicle (PHEV) harus tetap dilibatkan. Karena untuk beralih ke BEV tetap harus dilakukan dengan bertahap.

Jika penurunan gas buang hanya mengandalkan teknologi BEV saja tidak akan maksimal. Kenapa? Karena harga mobil BEV sendiri masih di atas Rp 500 jutaan. Selain itu, infrastrukturnya belum siap.

“Daya beli masyarakat masih rendah untuk BEV. Masyarakat juga harus diberikan pilihan dan kebebasan mau pakai apa,” ujarnya, dikutip Sabtu (16/10/2021).

Bob juga mengatakan, pemerintah harus memperhatikan nasib industri komponen. Menurut dia, jika pemerintah hanya fokus ke BEV, industri komponen akan terancam. Menurut dia, industri otomotif tergolong sektor padat karya sekaligus berteknologi tinggi yang memiliki peran strategis untuk ekonomi Indonesia.

Di dalam negeri, industri otomotif dan turunannya melibatkan lebih dari 1,5 juta pekerja yang, memiliki tatanan rantai pasok dari lapis 1 hingga 3 yang tertata rapih, meliputi banyak sub-system industri pendukung seperti pembiayaan, asuransi, dan logistik.

“Industri otomotif juga merupakan penyumbang besar pendapatan daerah melalui pajak kendaraan bermotor sebesar 30-60 persen,” katanya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Sumbang Ekspor

Toyota Prius Hybrid yang diberikan kepada enam perguruan tinggi negeri melalui Kemenperin untuk dilakukan riset mobil listrik (Liputan6.com/Yurike)

Menurut Bob, industri otomotif juga memberikan sumbangsih ekspor Indonesia. Walaupun tidak sebesar ekspor dari komoditas, namun ekspor otomotif adalah ekspor produk berteknologi tinggi yang memiliki nilai tambah cukup tinggi.

Indonesia merupakan salah satu penguasa ekspor otomotif di ASEAN bersama Thailand dengan tujuan ekspor utama ke Filipina dan Vietnam. Ekspor otomotif Indonesia juga sudah merambah ke kawasan Asia lainnya, Afrika, Amerika Tengah dan Selatan, serta Timur Tengah.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya