Liputan6.com, Jakarta - Postingan akun twitter @fchkautsar berbuntut panjang. Dalam akun twitternya, ia mencuit 'Polisi se-Indonesia bisa diganti satpam BCA aja gaksih' pada Rabu, 13 Oktober 2021 pukul 21.45.
Gegara hal itu, ia mengaku menerima ancaman dan teror dari pengguna twitter lain. Bahkan, sampai pada upaya peretasan akun.
Advertisement
Pemilik akun pun kemudian mengadukannya ke Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet).
Ketua Divisi Akses Atas Informasi SAFEnet, Unggul Sagena menyampaikan, ia Safenet telah menerima aduan dari seseorang pengguna media sosial.
Menurut keterangan pengadu kepada SAFEnet, ada banyak akun yang menyerang dan mengancam. Beberapa di antaranya, akun oknum polisi.
"Kita masih belum tahu pihak mana yang melakukan teror kalau katanya (korban) ada yang serang adalah akun oknum polisi juga," kata dia dalam keterangan tertulis, Minggu (17/10/2021).
Unggul menyayangkan aparat hukum malah ikut merespons dengan sikap antikirik. Padahal banyak juga akun yang membuat twit membandingkan polisi vs satpam BCA vs Damkar.
"Jadi akun-akun ini yang menyerang malah blunder ke nama baik institusi kepolisian itu sendiri. Semakin terjun bebas," ujar dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bukti Ketidakdewasaan Aparat
Unggul menuturkan, ini membuktikan ketidakdewasaan aparat terkait dalam bermedia sosial. Karena itu, ancaman dari anggota kepada masyarakat harus disikapi serius karena tidak sejalan dengan nilai-nilai universal kepolisian yang to protect and to serve.
"Jadi jelas merugikan kepolisian itu sendiri. Kepolisian sebaliknya harus mengusut karena justru kejadian tersebut termasuk kejahatan siber," ucap dia.
Unggul menerangkan, Safenet dalam hal ini membantu swadaya mitigasi keamanan dan langkah advokasi. Ia meminta kepolisian mengusut tuntas dugaan pengancaman itu.
"Ini harus tuntas karena jika tidak, pukulan berat bagi polisi itu sendiri. Menyebabkan hilangnya trust," ujar dia.
Disamping itu, Unggul menyatakan perlunya pemahaman literasi oleh personel yang bersosial media. "Tidak hanya andalkan humas," ujar dia.
Advertisement