Liputan6.com, Jakarta Mantan Menteri Keuangan RI (2013-2014) Chatib Basri, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 berbentuk “W” artinya masih naik turun.
Serta target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen oleh Pemerintah tidak akan tercapai, selama herd Immunity belum mencapai 80 persen.
Advertisement
“Saya mau bilang selama herd immunity belum tercapai selama vaksin belum bisa mencapai 70-80 persen maka ada resiko pemulihan ekonomi nya itu bentuknya W, naik turun naik lagi turun itulah yang membedakan antara negara seperti Indonesia dengan Amerika Serikat,” kata Chatib dalam Webinar APBN 2022, Senin (18/10/2021).
Dia menyebut akses vaksinasi yang dilakukan Pemerintah Amerika Serikat sangat luar biasa. Bahkan negara tetangga Singapura vaksinasinya sudah mencapai 80 persen, dan Australia juga 80 persen.
Dengan demikian, jika dilihat proyeksi pertumbuhan ekonomi yang akses vaksinnya luar biasa itu maka pemulihan ekonominya di Tahun 2022 diperkirakan lebih tinggi dari Indonesia.
“Jadi yang saya mau bilang adalah kalau kita mampu mengatasi pandemi di mana vaksinnya bisa dipercepat sampai dengan 2022. Saya kira target 5,2 persen itu bukan sesuatu yang berlebihan,” ujarnya.
Namun, jika pandemi covid-19 merebak lagi di Indonesia maka bukan tidak mungkin pertumbuhan ekonomi akan terkontraksi lagi seperti di tahun 2021. Karena menurutnya, tidak ada yang bisa memastikan kapan pandemi ini akan selesai.
“Jadi saya selalu mengatakan kalau ada ekonom yang bisa memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun depan bahkan sampai 2 digit dibelakang koma, itu hanya menunjukkan bahwa dia punya rasa humor yang baik, karena pasti salah. Kenapa pasti salah? karena ada satu variabel yang kita tidak pernah bisa tahu apakah pandemi akan berakhir atau tidak,” ujarnya.
Selanjutnya
Lebih lanjut Chatib bercerita soal pengalaman yang dialami Indonesia, dimana pada Juni-Oktober tahun 2020 Pemerintah membuka kembali aktivitas masyarakat. Lalu pada Desember 2020 kasus covid-19 meningkat lagi dan akhirnya pertumbuhan ekonomi melambat.
Selanjutnya, pada Januari Pemerintah membuka kembali aktivitas masyarakat, dan terjadi peningkatan ekonomi. Namun menjelang Juli 2021 juga terjadi kenaikan kasus covid-19.
“Apa yang terjadi di Juli kenaikan yang sangat tajam kasusnya kita punya persoalan dengan Rumah Sakit dengan oksigen itu adalah sesuatu yang tentu kita tidak mau ulangi. Akibatnya pemerintah menerapkan yang disebut sebagai PPKM darurat atau PPKM level 4 di kuartal ketiga itu pertumbuhan ekonomi melambat,” jelasnya.
Oleh karena itu, menurutnya sangat penting untuk belajar dari pengalaman sebelumnya.
Advertisement