Liputan6.com, Jakarta - Performance-enhancing drugs atau doping merupakan zat terlarang yang digunakan untuk meningkatkan performa para atlet, khususnya jelang pertandingan. Penggunaannya pun kerap ditemukan pada kalangan atlet guna mencetak prestasi secara instan.
Setiap pertandingan tentu akan memiliki peraturannya masing-masing, dan biasanya atlet yang kedapatan menggunakan doping pun akan didiskualifikasi. Tes doping sendiri biasanya dilakukan pada urin dan darah beberapa minggu menjelang pertandingan.
Advertisement
Tak hanya itu, hukuman terkait penggunaan doping di kalangan atlet juga tak main-main. Belum lama ini, Ketua Pengprov Persatuan Binaraga Fitness Indonesia (PBFI) Jawa Tengah (Jateng) Menthin Gunarto turut memberikan pernyataannya seputar doping pada kalangan atlet binaraga di PON XX Papua.
"Saya mendukung penuh kebijakan PP PBFI yang akan menjadikan PON XX Papua zero doping. Saya mengusulkan adanya hukuman seumur hidup tidak boleh tampil di event resmi PP PBFI bagi atlet binaraga yang terbukti doping," ujar Menthin Gunarto beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, kasus doping sempat ditemukan pada PON XIX Jawa Barat tahun 2016. Hal tersebut dinilai menjadi tamparan keras bagi cabang olahraga binaraga. Sehingga, isu doping kembali menjadi perhatian dalam PON XX Papua 2021.
"Kita tahu bahwa kasus doping yang terjadi di PON XIX Jawa Barat 2016 itu merupakan tamparan keras bagi cabor binaraga yang tidak perlu terulang lagi," kata Menthin.
Terkait hal tersebut, ada sejumlah obat doping yang tergolong populer digunakan pada kalangan atlet. Melansir berbagai sumber, berikut ragam jenis doping yang sering digunakan dalam dunia olahraga.
1. Erythropoietin (EPO)
Pada dasarnya, hormon peptida diproduksi secara alami oleh tubuh manusia melalui organ ginjal. EPO kemudian dilepaskan dari ginjal dan bekerja pada bagian sumsum tulang belakang untuk merangsang produksi sel darah merah.
Dengan penyuntikan EPO pada para atlet dianggap bisa meningkatkan konsentrasi sel darah merah, yang mana akan memicu kemampuan dan kapasitas penggunaan oksigen dalam pembentukan energi oleh otot. Penggunaan EPO sendiri bisa menyebabkan penyakit jantung, paru-paru, stroke, hingga kematian.
2. Continuous Erythropoiesis Receptor Activator (CERA)
CERA merupakan turunan dari EPO yang dinilai lebih berbahaya. Penggunaan CERA dalam kadar minim pun bisa memberikan efek jangka panjang yang tidak diberikan oleh EPO.
Atlet yang beralih pada tipe doping ini dinilai bisa meningkatkan daya tahan tubuh sekaligus mempercepat proses pemulihan ketika mengalami sakit atau luka pada tubuh.
3. Steroid Anabolik
Penyuntikan obat satu ini dapat mempengaruhi pertumbuhan otot pada para atlet. Penggunaannya tentu dilatarbelakangi oleh keinginan untuk memiliki otot yang lebih besar dan kuat. Terlebih, penggunaan doping jenis ini juga bisa mengurangi kadar lemak dalam tubuh.
Serta, dapat mempercepat pemulihan cedera yang terjadi. Efek samping yang ditimbulkan meliputi tekanan darah tinggi, munculnya jerawat, kelainan fungsi hati, perubahan siklus menstruasi, penurunan produksi sperma, gagal ginjal, serta jantung.
4. Human Growth Hormon (hGH)
hGH merupakan hormon yang sebenarnya diproduksi oleh tubuh secara alami. Hormon ini digunakan untuk merangsang hati dan jaringan lain untuk mensekresikan insulin serta merangsang produksi sel-sel tulang rawan, sehingga dapat membantu menumbuhkan otot yang diperlukan guna meningkatkan kinerja olahraga.
Melansir laman Mayo Clinic, penggunaan hGH belum terbukti untuk meningkatkan kekuatan atau daya tahan. Hormon ini juga hanya bisa diberikan melalui suntikan. Penyalahgunaannya rentan terhadap penyakit jantung, otot, nyeri pada sendi tulang, hipertensi, defisiensi jantung dan osteoarthritis.
Advertisement
5. Diuretik
Doping jenis ini biasanya digunakan untuk menutupi keberadaan zat terlarang lain yang ada dalam tubuh atlet. Tak hanya itu, obat ini dapat membantu para atlet untuk memenuhi syarat kategori berat badan. Mengingat salah satu efek terkuatnya adalah menurunkan berat badan.
6. Insulin
Insulin berfungsi untuk meningkatkan penyerapan glukosa ke dalam otot, yang mana bisa membantu para atlet mendapatkan daya tahan tubuh yang lebih tinggi. Penyalahgunaan insulin dapat menyebabkan hipoglikemia, hilangnya fungsi kognitif, kejang-kejang, ketidaksadaran diri, hingga kerusakan otak, dan kematian.
7. Doping Gen
Doping gen kerap digunakan para atlet untuk meningkatkan pertumbuhan otot, produksi darah, daya tahan tubuh, penyebaran oksigen dan kekebalan terhadap rasa nyeri atau sakit. Hal tersebut karena doping ini menggunakan rekayasa genetika yang diinjeksikan ke dalam tubuh seseorang untuk kepentingan-kepentingan tadi.
Infografis
Advertisement