Nelayan di Gresik Tidak Melaut Karena Solar Langka

Sejumlah nelayan di Gresik memilih tidak melaut akibat solar yang langka di pasaran. Dua minggu mereka tak bisa mencari nafkah.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Okt 2021, 16:06 WIB
Ilustrasi kapal nelayan di Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Gresik - Sejumlah nelayan di Gresik memilih tidak melaut akibat solar yang langka di pasaran. Dua minggu mereka tak bisa mencari nafkah. Kelangkaan sola juga terjadi di Pulau Bawean. Bahkan, sudah hampir satu bulan lebih.

Nelayan Campurejo Solihun mengatakan, kelangkaan solar ini membuat nelayan kelimpungan. Bahkan, SPBU Nelayan di wilayahnya sudah tidak ada stok.

"Kami harus nyari keluar. Stoknya kosong. Kita kalau beli juga dibatasi, jadi memilih tak melaut," katanya pada Senin (18/10/2021), dikutip dari TimesIndonesia.

Kejadian tersebut membuat para nelayan pasrah. Karena tak melaut, nelayan lebih memilih untuk memperbaiki alat tangkap. "Kita harus bagaimana, hanya pasrah saja," keluhnya. 

Dalam perhitungannya nelayan menghabiskan 125 liter solar sekali melaut dengan menggunakan kapal dibawah 8 gros ton (GT) dengan satu pekan melaut.

Nelayan di Pulau Bawean nasibnya lebih parah. Rifai, nelayan setempat mengatakan jika dia bersama nelayan lain tak bisa menikmati solar bersubsidi dari pemerintah.

"Rakyat Bawean tidak menerima subsidi. Yang harusnya solar harganya Rp 5.500 di sini (Pulau Bawean) Rp 7 ribu sampai Rp 8 ribu. Bensin demikian," ungkapnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Irit Solar

Diakui, selama kelangkaan solar ini harga solar pun naik. Mulai dari harga Rp 9 ribu sampai harga 10 ribu per liter. Nelayan pun mensiasati dengan tidak banyak menggunakan solar saat melalut. 

"Ya ngirit dan tetap cari-cari solar. Kadang ada dari teman nelayan saling bantu untuk belikan solar," ujarnya. 

Kendati demikian, meski di Pualu Bawean sudah ada tiga Agen Premium Minyak Solar (APMS) tetap saja harga solar dan bensin tidak sama seperti di Jawa. 

"Kita terdolimi, masyarakat Bawean yang memberikan subsidi kepada pengusaha minyak, bukan malah membantu," tutupnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya