Bitcoin Ternyata Lebih Boros Listrik Dibanding Beberapa Negara di Dunia

Dibalik nilai tukarnya yang begitu mahal, Bitcoin rupanya lebih boros listrik dibandingkan banyak negara di dunia. Konsumsi listriknya lebih besar dibandingkan konsumsi listrik negara Filipina.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 19 Okt 2021, 08:30 WIB
Bitcoin adalah salah satu dari implementasi pertama dari yang disebut cryptocurrency atau mata uang kripto.

Liputan6.com, Jakarta - Mata uang kripto seperti Bitcoin dan lain-lain ternyata menghabiskan banyak energi listrik, demikian menurut laporan di New York Times.

Mengutip Economic Times, Selasa (19/10/2021), proses pembuatan Bitcoin menghabiskan sekitar 96 terawatt-hour listrik setiap tahunnya. Angka ini disebut-sebut lebih besar dibandingkan dengan listrik yang dikonsumsi oleh Filipina.

Malahan, penggunaannya mendekati setengah persen dari semua listrik yang dikonsumsi oleh negara-negara di dunia.

Perbandingan lain yang tak kalah menarik, konsumsi listrik Bitcoin tujuh kali lipat lebih banyak dibandingkan seluruh operasi global Google.

Berikut beberapa hal yang membuat Bitcoin dkk begitu boros energi listrik.

Aktivitas Validasi Transaksi

Saat ini, nilai satu Bitcoin sekitar USD 62.000 atau lebih dari Rp 859 jutaan. Mengelola mata uang digital dengan nilai besar tanpa otoritas membutuhkan banyak daya komputasi. Perlu diketahui, tiap pertukaran Bitcoin, harus divalidasi kebenarannya oleh jaringan Bitcoin.

Keseluruhan sistem pembukuan Bitcoin menjadi inti, apalagi pemeliharaan buku besar publik Bitcoin sifatnya luas. Hal inilah yang membuat sebagian besar konsumsi listrik.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Aktivitas Penambangan Bitcoin

Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Di seluruh dunia, penambang Bitcoin bersaing untuk menjadi orang yang memvalidasi transaksi dan memasukkannya ke dalam buku besar publik. Mereka mencoba menebak-nebak menggunakan komputer berkemampuan tinggi dan bersaing dengan penambang lainnya.

Jika berhasil memvalidasi transaksi, para penambang Bitcoin ini mendapatkan banyak imbalan dalam bentuk Bitcoin yang baru dibuat. Tak mengherankan jika penambang Bitcoin kini memiliki gudang yang penuh dengan komputer berkomputasi canggih.

Mereka berlomba dengan kecepatan tinggi untuk memvalidasi angka besar dan aktivitas penambangan ini menggunakan energi listrik dalam jumlah besar.


Jadi Penambang Bitcoin Lebih Banyak Untung Ketimbang Hacker

Bitcoin adalah salah satu dari implementasi pertama dari yang disebut cryptocurrency atau mata uang kripto.

Pencatatan transaksi sederhana di buku besar disebut-sebut sangat mudah, tantangannya adalah memastikan hanya komputer 'yang dapat dipercaya' yang melakukannya.

Oleh karena itu, akan lebih masuk akal secara ekonomi bagi seorang hacker untuk menghabiskan sumber daya demi menambang Bitcoin dan mengumpulkan imbalan dibandingkan menyerang sistem ini.

Penambangan Bitcoin pun mengubah listrik menjadi keamanan. Inilah salah satu alasan mengapa sistem memakan energi listrik.


Tempat yang Butuh Pendingin Untuk Menambang Bitcoin

Bitcoin - Image by Benjamin Nelan from Pixabay

Dahulu sebelum Bitcoin masif seperti saat ini, siapa pun bisa menambangnya menggunakan komputer apa pun di rumah. Namun tidak demikian saat ini.

Kini penambang Bitcoin membutuhkan komputer dengan teknologi tinggi, banyak uang, dan ruangan yang penuh dengan AC untuk membuat perangkat yang menambang Bitcoin tidak mengalami overheating.

Ini yang membuat Bitcoin ditambang di pusat data besar yang dimiliki oleh perusahaan atau sekelompok orang.

Bisakah Bitcoin di-rewrite menggunakan lebih sedikit energi? Beberapa mata uang kripto kecil lain telah mempromosikan sistem pembukuan alternatif, di mana pemrosesan transaksi dimenangkan bukan melalui kerja komputasi, melainkan kepemilikan koin yang cukup.

(Tin/Isk)


Infografis Tentang Bitcoin

Infografis bitcoin (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya