Perempuan 4 Kali Lebih Berisiko Kena Osteoporosis Ketimbang Laki-Laki

Seberapa besar perempuan dan laki-laki mengalami osteoporosis?

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 20 Okt 2021, 07:00 WIB
Ilustrasi Menjaga Kesehatan Tulang Credit: pexels.com/Dominika

Liputan6.com, Jakarta - Penelitian International Osteoporosis Foundation menunjukkan bahwa risiko perempuan terkena osteoporosis atau pengeroposan tulang empat kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Dokter spesialis gizi klinik, Dr dr Luciana B Sutanto mengatakan bahwa osteoporosis adalah penyakit ketika tulang kehilangan kepadatan dan akhirnya rapuh. Sehingga, tekanan ringan seperti membungkuk atau batuk pun dapat menyebabkan patah tulang.

Patah tulang atau fraktur terkait osteoporosis paling sering terjadi di pinggul, pergelangan tangan, atau tulang belakang.

Proses osteoporosis berlangsung dalam jangka panjang sehingga terkadang penderitanya tidak menyadarinya sampai kerusakan benar-benar terjadi (tanpa gejala/silent disease).

Luciana, menambahkan, osteoporosis memang seringkali dikaitkan dengan orang-orang berusia lanjut, tapi nyatanya bisa menyerang siapa saja, bahkan di usia muda dan produktif seperti usia 30.

“Beberapa gejala atau tanda yang terjadi merupakan fraktur akibat dari osteoporosis, seperti postur bungkuk, sakit punggung, menurunnya tinggi badan, sering mengalami cedera atau keretakan tulang. Hal ini perlu menjadi perhatian, khususnya perempuan yang memasuki usia 30,” ujar Luci dalam seminar daring CDR pada Selasa, 19 Oktober 2021.


Perempuan di Usia 30

Luci, menambahkan, perempuan cenderung mengalami penurunan massa tulang mulai usia 30 sampai periode menopause dan seterusnya.

Jika mereka menikah di usia 30-an, banyak dari mereka yang mungkin hamil atau menyusui, di mana mereka adalah salah satu kelompok risiko osteoporosis.

“Sayangnya, tidak banyak perempuan usia 30 yang sadar bahwa menjaga kesehatan tulang sangatlah penting,” kata Luci.

Sebanyak 40,6 persen perempuan Indonesia berumur 20 sampai 29 tahun memiliki massa tulang rendah. Ini meningkatkan risiko osteoporosis dan patah tulang dalam 20 tahun ke depan saat mereka mencapai menopause.

“Perempuan di usia 30 harus waspada, karena setelah mencapai puncak massa tulang pada usia 30, tulang menjadi lebih tipis dan lemah jika tidak dijaga kesehatannya, sehingga meningkatkan risiko osteoporosis," Luci menambahkan.


Pencegahan Osteoporosis

Menurut Infodatin Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2020, pada 2050 di seluruh dunia, diperkirakan 6,3 juta orang per tahun mengalami patah tulang pinggul, dan lebih dari setengahnya terjadi di Asia.

Di Asia Tenggara, osteoporosis memiliki dampak yang parah pada kualitas hidup dan kemandirian penderitanya. Osteoporosis juga merupakan beban sosial dan ekonomi yang cukup besar bagi individu, komunitas, dan sistem kesehatan masyarakat.

Untuk mencegah terjadinya osteoporosis, penting bagi perempuan untuk mengonsumsi kalsium dan vitamin D secara terus menerus di antara usia 20-30.

“Yang perlu diketahui, kalsium dan vitamin D bekerja secara sinergis untuk menjaga kesehatan tulang di mana kalsium dan vitamin D harus dimulai bahkan sebelum memasuki usia 30, salah satunya dengan asupan makanan bergizi," katanya.

“Sayangnya, kandungan nutrisi di Indonesia pada umumnya mengandung kalsium dan vitamin D dalam level rendah. Padahal nutrisi yang cukup dan pola hidup yang sehat merupakan langkah penting untuk mencegah osteoporosis. Maka, bisa juga ditambahkan dengan suplementasi,” Luci menjelaskan.


Infografis Cedera Tulang Belakang Neymar

Infografis Cedera Tulang Belakang Neymar (Liputan6.com/Yoshiro)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya