Liputan6.com, Moskow - Delegasi Taliban telah berangkat ke Moskow untuk konferensi dengan pemerintah Rusia. Taliban berharap pemerintahan mereka di Afghanistan mendapat pengakuan internasional.
"Kami berharap pertemuan ini menghasilkan langkah-langkah baik secara politik sebagaimana kita melangkah menuju pengakuan Emirat Islam Afghanistan oleh negara-negara lain," ujar deputi menteri informasi dan budaya Zabiullah Mujahid, dilansir Tolo News, Selasa (19/10/2021).
Baca Juga
Advertisement
Rombongan yang berangkat dari Afghanistan dipimpin oleh Abdul Salam Hanafi, deputi kedua perdana menteri. (Plt.) Menteri Luar Negeri Amir Khan Muttqqi juga ikut, serta beberapa menteri lainnya.
Rusia juga turut mengundang perwakilan-perwakilan negara asing, seperti AS, China, Pakistan, Iran, dan India.
Taliban sebetulnya ilegal di Rusia. Rencananya, diskusi akan digelar pada 20 Oktober 2021 dalam pertemuan Moscow Format.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
AS Tolak Ikut Forum Diskusi di Moscow
Amerika Serikat tidak akan bergabung dalam pembicaraan tentang Afghanistan yang diselenggarakan oleh Rusia, kata Departemen Luar Negeri AS.
"Kami tidak akan berpartisipasi dalam pembicaraan di Moskow bersama Taliban," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price kepada wartawan dalam konferensi pers, seperti dilansir news.cn, Selasa (19/10/2021).
"Troika-plus telah menjadi forum yang efektif dan konstruktif. Kami berharap dapat terlibat dalam forum itu di masa mendatang, tetapi kami tidak dalam posisi untuk ambil bagian minggu ini."
Price mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak dapat bergabung dalam pembicaraan karena kesulitan logistik, menambahkan bahwa pihak AS mendukung proses tersebut.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Antony Blinken di kemudian hari mengumumkan bahwa Perwakilan Khusus AS untuk Rekonsiliasi Afghanistan Zalmay Khalilzad akan meninggalkan jabatannya dan akan digantikan oleh wakilnya Thomas West.
Kepergian Khalilzad, yang menjabat sebagai utusan khusus untuk Afghanistan di bawah presiden Donald Trump dan Joe Biden, terjadi kurang dari dua bulan setelah penarikan AS dari negara itu.
Advertisement