Liputan6.com, Jakarta - Tantangan global dalam sebuah negara menjadi suatu masalah yang harus dihadapi, negara-negara dapat bekerja sama untuk dapat bersama menghadapi tantangan global yang ada.
Terkait hal tersebut, Universitas Paramadina bekerja sama dengan Institut Darul Ehsan Malaysia dan KedaiKOPI menyelenggarakan diskusi yang mengusung tema “Memperkuat Peran Politik Luar Negeri ASEAN dalam Menghadapi Tantangan Global”
Acara tersebut diselenggarakan pada Senin 18 Oktober di Universitas Paramadina dan ditayangkan secara daring melalui Zoom.
Baca Juga
Advertisement
Terdapat empat pembicara, yakni:
- Prof. Didik J. Rachbini, Rektor Universitas Paramadina
- YB Dato’ Saifuddin Abdullah, Menteri Luar Negeri Malaysia
- Dr. Hendri Satrio, Founder KedaiKOPI
- Dr. Tatok D. Sduiarto, Ketua Prodi Hubungan Internasional Universitas Paramadina
Diskusi tersebut diadakan lantaran adanya hubungan bilateral Indonesia-Malaysia memiliki peran penting dalam usaha untuk memperkuat ASEAN. Dato Saifuddin juga menyatakan bahwa Indonesia-Malaysia memiliki beberapa persamaaan.
Diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia dan Malaysia, lalu disusul dengan sambutan dari Rektor Universitas Paramadina, Prof. Dr. Didik yang menyatakan bahwa Malaysia sudah lepas dari middle income trap.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ancaman yang Perlu Dihadapi
Menurut Didik hal itu dapat menjadi kekuatan dalam ekonomi dan politik, "menurut Wapres Budiono, demokrasi akan stabil ketika pendapatan diatas 6 ribu, dan Malaysia sudah melewati itu."
"Saya ucapkan selamat kepada Malaysia, dengan politik yang cantik menghasilkan pemimpin muda seperti Dato’ Saifuddin," tambahnya.
Dato’ Saifuddin mengatakan bahwa dari segi political security arrangement, ASEAN tidak menemukan masalah berat. Selain itu, ASEAN centrality dan concensus juga berhasil mempertahankan kawasan, khususnya China Selatan dari ancaman yang besar.
"Isu keamanan tradisional dari luar, khususnya dari China yang paling dekat dengan kita. Walaupn kita tahu ada kasus-kasus di mana penja laut China datang ke perairan kita," ujar Dato’ Saifuddin.
Sementara itu, Dato’ Saifuddin melihat ancaman non-tradisional yang lebih besar, yakni narkoba dan perdagangan orang. Kemudian yang terbaru ada ancaman cryber, yang mana ASEAN harus ambil peranan tersebut sebagai ancaman politik yang baru.
Advertisement
Mengoptimalkan Bidang Lain
Dato’ Saifuddin menyinggung bidang baru yang dapat dioptimalkan negara-negara ASEAN yang dapat dengan cepat mendongkrak dan menjadi tempat bermain anak muda, yakni ekonomi digital.
Didik juga mengatakan bahwa jika ASEAN berada di tangan pemimpin-pemimpin muda, nantinya akan menjadi kekuatan baru yang bisa menandingi Eropa.
"Indonesia ini 15 besar ekonomi dunia dan dalam waktu dekat akan menjadi 10 besar karena ukuran penduduknya juga besar, ditambah ASEAN makin besar ini akan menentukan dunia selain kekuatan besar China dan Amerika," ucap Didik.
Dr. Tatok D Sudiarto menyatakan bahwa Indonesia-Malaysia memiliki asset similarity, sharing geographical, cultural, social, environment, disaster and climate change.
Menurut Tatok di tingkat regional kita ingin menguatkan ASEAN membership Asean Centrality, yaitu bagaimana mengembalikan lagi marwah ASEAN menjadi suatu kekuatan regional yang baik.
Dr. Hendri Satrio menyatakan bahwa politik Malaysia dan politik Indonesia kalau ditarik garis lurus memiliki kesamaan. Hendri juga berharap bahwa politik di Indonesia menuju dewasa seperti di Malaysia.
Reporter: Cindy Damara