Cerita Usaha Kopi Malabar, Bukti Kegigihan Sejak Dini yang Menuai Sukses hingga Kini

Kementerian Pertanian (Kementan) kian serius mendorong generasi milenial membangun pertanian dengan berwirausaha dari sektor pertanian.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 19 Okt 2021, 19:40 WIB
Pekerja memperlihatkan biji kopi dagangannya di salah satu gerai kopi di kawasan Jakarta, Rabu (24/3/2021). Tahun ini pemerintah menargetkan produksi kopi nasional sebesar 834.750 ton, naik dari tahun lalu sebanyak 769,7 ribu ton. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) kian serius mendorong generasi milenial membangun pertanian dengan berwirausaha dari sektor pertanian.

Salah satunya, Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian menyelenggarakan Kegiatan TIK-Talk (Tani Inspiratif Kekinian Talkshow) dengan tema Pertanian itu Keren di Ruang Selasar Lantai I Gedung PIA Kanpus Kementan.

Pada kegiatan tersebut terdapat 3 topik utama antara lain Manajer kopi Malabar membahas tentang cara keren memasarkan hasil pertanian, Influencer/CEO @ternaq.indonesia membahas tentang bisnis pertanian keren pilihan selebriti, sedangkan Founder S3 Farm membahas tentang usaha keren sayuran hidroponik.

Saat sesi Kopi Malabar, Manajer Kopi Malabar Tiara Dwi Rahayu menyampaikan kisah perjuangannya menggeluti usaha kopi.

Berawal dari orangtuanya yang semula berprofesi petani sayuran, ia dikenalkan budidaya kopi dan diajak tanam kopi sejak kelas 3 SD oleh sang ayah.

Menurutnya, pada tahun 2008, kopi belum setenar sekarang, ia mulai mengenal dan terjun belajar tentang pengolahan dan budidaya kopi bermula dari kunjungan turis ke daerahnya, dan hingga kini komitmen menekuni pengembangan kopi terus berlanjut, dan berhasil melakukan ekspor pertama kali pada tahun 2009 ke negara Kuwait kurang lebih sebanyak 6 ton.

“Saya mengenal dan belajar tentang kopi sejak kelas 3 SD dengan kebun kopi seluas 1 ha, dengan 1 ha kopi ini bisa membiayai sekolah hingga kuliah, dan memenuhi kebutuhan hidup kami,” ujar Tiara, dikutip Selasa (19/10/2021).

Kopi malabar ada 4 proses, Lanjut Tiara, paling favorit di kopi malabar yaitu dry hull, cita rasanya masih masuk ke lidah semua orang.

“Di Indonesia, penyebaran Kopi Malabar ini semakin meluas, sudah cukup banyak, sedangkan untuk pasar luar telah menjangkau Singapura, Taiwan, Jepang, dan direncanakan akan coba tembus negara Eropa yaitu London,” lanjutnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Tantangan

Produk biji kopi yang dijual salah satu gerai kopi di kawasan Jakarta, Rabu (24/3/2021). Tahun ini pemerintah menargetkan produksi kopi nasional sebesar 834.750 ton, naik dari tahun lalu sebanyak 769,7 ribu ton. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dalam menggeluti bidang kopi ini, Tiara menghadapi berbagai tantangan, salah satunya ketika fase perubahan dari kebun sayur ke kopi, di tahun 2002 orangtuanya mengolah atau mengembangkan kopi tentunya tidaklah mudah, sangat kompleks, namun ia dan keluarganya terus giat mencoba selama 2 tahun, walau menemui kegagalan tak mematahkan semangatnya.

Menurutnya, Titik terang muncul di tahun 2004 berhasil mendapatkan benih kopi yang bagus dari daerah Medan, dan bisnis kopinya semakin membaik hingga kini.

“Terjun bisnis kopi ini harus siapkan mental, berani rugi, aktif mencari peluang pasar, dan ketika menghadapi kegagalan harus bangkit, fokus usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan sebisa mungkin bermanfaat bagi sekitarnya,” tutup dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya