Liputan6.com, Jakarta - Malam puncak Anugerah Piala Citra atau Festival Film Indonesia (FFI) 2021 digelar di Jakarta, pada 10 November 2021, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan. Salah satu Duta FFI 2021, Angga Yunanda membenarkan.
Beredar kabar bahwa pemilihan tanggal 10 November bukan tanpa alasan. Lewat tanggal ini, FFI 2021 hendak mengingatkan bahwa para pekerja seni yang konsisten menghasilkan karya berkelas sejatinya juga pahlawan.
Baca Juga
Advertisement
Diberitakan sebelumnya, Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas dan Yuni menang penghargaan di festival film luar negeri. Mereka laksana atlet yang membawa Merah Putih berkibar di kompetisi olahraga kelas dunia.
Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Mengapa 10 November?
“Sangat, sangat setuju (bahwa para pekerja seni yang mengharumkan nama Indonesia di festival film luar negeri layak disebut pahlawan kesenian),” kata Angga Yunanda dalam siaran langsung Instagram Liputan6.com, Selasa (19/10/2021).
“Bukan tanpa alasan sebenarnya Anugerah Piala Citra tahun ini mengambil waktu di tanggal 10 November karena bertepatan dengan Hari Pahlawan,” bintang film Dua Garis Biru menambahkan.
Advertisement
Momentum Bagi Pekerja Film
Lewat malam puncak 10 November, para insan layar lebar hendak menyuarakan kepada Pemerintah Indonesia agar Bapak Perfilman Nasional Usmar Ismail mendapat gelar Pahlawan Nasional.
“Sebenarnya ini sekaligus menjadi momentum kami pekerja film untuk mengusulkan Bapak Perfilman Nasional, yakni Usmar Ismail sebagai Pahlawan Nasional,” ia menerangkan.
Kiprahnya Diakui
“Kiprahnya sudah sangat diakui dan beliau juga sebagai orang yang melahirkan Piala Citra dan Festival Film Indonesia, sebagai Pahlawan Nasional bagi kami semua,” ujar Angga Yunanda.
Ini sekaligus momen memperkenalkan kepada generasi muda tentang siapa Usmar Ismail dan apa saja sumbangsihnya bagi kemajuan industri film Indonesia selama bertahun-tahun.
Advertisement
Sekilas Usmar Ismail
Usmar Ismail yang tutup usia di Jakarta, 2 Januari 1971, akibat perdarahan otak semasa hidupnya melahirkan sejumlah karya monumental seperti Tjitra, Darah dan Doa, hingga Lewat Djam Malam yang telah diretsorasi dan sempat diedarkan ulang di bioskop.
Tahun 1962 Usmar Ismail beroleh Piagam Wijayakusuma dari Presiden Soekarno. Pada 1969, ia menerima Anugerah Seni dari Pemerintah RI. Setelah mangkat, sang sineas diangkat menjadi Warga Teladan DKI.