Melestarikan Kain Ulos Melalui Pendekatan Berbasis Gender

Isu ketidaksetaraan perempuan jadi salah satu yang disoroti bersama upaya pelestarian kain ulos sebagai bagian dari wastra nusantara.

oleh Asnida Riani diperbarui 20 Okt 2021, 22:01 WIB
Perajin kain ulos binaan TobaTenun. (dok. TobaTenun)

Liputan6.com, Jakarta - Bertajuk "Bangga Bertenun, Bangga Berbudaya," TobaTenun menginisiasi kampanye agar lebih banyak orang memahami kain ulos sebagai produk budaya dan ekonomi dalam peringatan Hari Ulos Nasional, 17 Oktober 2021. Bukan semata milik masyarakat Sumatra Utara, wastra ini diperkenalkan sebagai warisan nasional.

Dalam upaya pelestarian Ulos, founder sekaligus CEO TobaTenun Kerri Na Basaria menyebut ada banyak kompleksitas isu sosial. "Kami berusaha mengembalikan budaya wastra ke akarnya," katanya dalam jumpa pers virtual, Jumat, 15 Oktober 2021.

"Secara teknik (prouduksi), serat yang digunakan, dan pewarnaan memakai bahan alami, bagaimana itu semua paralel membentuk praktik pembuatan tenun yang bertanggung jawab terhadap lingkungan," imbuh Kerri.

Ia melanjutkan bahwa tidak bisa membicarakan wastra, termasuk ulos, tanpa menyinggung isu perempuan. Karena itu, terkait pengembangan komunitas penenun, social enterprise yang berdiri sejak 2018 itu memutuskan melakukan pendekatan berbasis gender.

"Isu kemiskinan itu tidak jauh dari isu ketidaksetaraan perempuan di daerah. Kekerasan dalam rumah tangga, kurangnya akses kesehatan reproduksi, dan tidak adanya kesempatan belajar (lebih) lanjut atau bekerja, ini hanya sebagaian isu dominan di antara perempuan," katanya dalam keterangan terpisah pada Liputan6.com, Rabu (20/10/2021).

"Tidak dipandangnya wastra sebagai karya seni yang tinggi adalah karena secara historis, itu adalah ranah perempuan. Kami di TobaTenun percaya bahwa tidak semua budaya patut diteruskan, salah satunya patriarki yang tidak mengundang kemajuan bagi masyarakat modern," sambung Kerri.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pendampingan bagi Penenun

Jumpa pers virtual TobaTenun, "Hari Ulos Nasional 2021 Bangga Bertenun Bangga Berbudaya," 15 Oktober 2021. (dok. tangkapan layar Zoom)

Menekel isu tersebut, TobaTenun menyelenggarakan pendampingan berupa pelatihan maupun pendalaman kemampuan bagi para penenun. Tujuannya menaikkan kompetensi penenun yang sudah ada dan menambah yang belum ada, kata Kerri.

"Seminar yang berfokus pada isu perempuan juga masuk ke dalam pelatihan, antara lainnya kesehatan reproduksi dan kesehatan mental. Kami juga melakukan konseling dan referral bagi penenun mitra kami yang terdampak KDRT, isu yang dominan di antara mereka," jelas Kerri, menambahkan bahwa sekarang ada lebih dari 50 penenun dalam ekosistem TobaTenun.

Kemudian secara pengembangan produk, pihaknya akan menyiapkan koleksi ready-to wear secara bertahap. Saat ini, mereka lebih fokus pada pengunaan bahan overstock untuk diolah sebagai produk merchandise maupun ready-to-wear.

"Untuk tenun revitalisasi, visi kami selalu dalam bentuk kain dan selendang yang digunakan sesuai kegunaan motif tersebut atau untuk Kol Elton yang memang mengapresiasi wastra sebagai sebum her mahakarya tersendiri. Apalagi, banyaknya motif lawas yang belum tersentuh dalam eksplorasi kami," paparnya.


Melaju ke Panggung Internasional

Perajin kain ulos binaan TobaTenun. (dok. TobaTenun)

Mereka pun menginisiasi situs web tobatenun.com sebagai platform distribusi tenun Sumatra Utara yang terkurasi. Melalui laman tersebut, publik dapat berbelanja dan mengenal ulos lebih jauh. Pihaknya juga membuka pendaftaran bagi UMKM yang ingin memasarkan produk ulos mereka di situs web tersebut.

Memperkenalkan ulos ke pasar internasional, TobaTenun juga berpartisipasi dalam TENUN Fashion Week secara virtual pada 15--17 Oktober 2021. Pergelaran ini menampilkan 45 komunitas tenun dari Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.

Dalam kesempatan ini, mereka memboyong dua lini produk, yaitu TobaTenun dan BORU. Itu menampilkan koleksi revitalisasi ulos lawas dalam motif Ragi Hotang, Ragi Idup, dan Tumtuman. Sementara, produk Boru merupakan koleksi ready-to-wear "Sindar" yang merupakan hasil kerja sama desainer muda, serta UKM dan perajin dari Siantar, Yogyakarta, dan Jepara.

"Semakin banyak pihak yang terlibat dalam pelestarian dan pengembangan ekosistem wastra nusantara, khususnya ulos, kami optimis wastra nusantara dapat jadi tuan d inegerinya sendiri, bahkan dapat dinikmati di pasar lebih luas," ucap Kerri.

"Kami pun berharap upaya kami memberdayakan perajin dan berbagai aktivitas sosial lain dapat berdampak luas bagi para penenun, memberi harapan bahwa mereka bisa punya masa depan lebih baik," tandasnya.


Infografis Fakta-Fakta Menarik tentang Fashion

Infografis Fakta-Fakta Menarik tentang Fashion. (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya