Liputan6.com, Jakarta Kehadiran musim dingin diprediksi akan mengerem laju harga minyak mentah dunia. Pada hari ini, harga komoditas ini jatuh dari level tertinggi dalam tiga tahun di atas USD 86 per barel di tengah pasokan yang ketat dan krisis energi global.
Harga minyak mentah Brent turun USD 1,21 menjadi USD 84,61, setelah mencapai sesi tertinggi USD 86,10, sejak Oktober 2018. Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 92 sen menjadi USD 82,50.
Advertisement
Cuaca musim dingin di sebagian besar Amerika Serikat diperkirakan lebih hangat dari rata-rata, menurut Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional.
"Laporan itu, yang menunjukkan kondisi yang lebih kering dan lebih hangat di AS bagian selatan dan timur, memberi tekanan pada harga minyak itu," kata Direktur Energi berjangka di Mizuho, Bob Yawger, melansir laman businesstimes.
Harga minyak sempat melaju ketika Administrasi Informasi Energi AS melaporkan persediaan minyak mentah dan bahan bakar yang lebih ketat. Di mana, stok minyak mentah di pusat penyimpanan Cushing, Oklahoma jatuh ke level terendah tiga tahun.
"Pedagang yang telah menetapkan USD 86 sebagai ambang penjualan mereka mengambil kesempatan untuk mengantongi beberapa keuntungan. Akibatnya, harga minyak turun," kata Louise Dickson dari Rystad Energy.
Telah Turun 60 Persen
Harga Brent telah meningkat lebih dari 60 persen tahun ini, didukung kenaikan pasokan yang lambat oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dikenal sebagai OPEC+.
Krisis batu bara dan gas global telah mendorong pembangkit listrik untuk beralih ke minyak. Harga minyak juga mendapat tekanan dari penurunan harga batu bara dan gas alam.
Di China, batu bara turun 11 persen, memperpanjang kerugian minggu ini sejak Beijing mengisyaratkan akan melakukan intervensi untuk mendinginkan pasar.
"Dengan penurunan harga batu bara dan gas dan dengan indikator teknis indeks kekuatan relatif masih di wilayah overbought, kemungkinan penurunan tajam, tetapi harga minyak naik," kata Jeffrey Halley, analis di broker Oanda.
Namun, beberapa analis menyerukan minyak untuk reli lebih lanjut karena OPEC+ kemungkinan akan tetap pada rencananya untuk peningkatan produksi bertahap sementara permintaan diperkirakan akan mencapai tingkat pra-pandemi.
Rystad mengatakan prospeknya bullish untuk sisa tahun ini dan Giovanni Staunovo dari bank Swiss UBS mengatakan dalam sebuah laporan bahwa dia memperkirakan Brent akan diperdagangkan pada USD 90 pada bulan Desember dan Maret.
Advertisement