Liputan6.com, Jakarta Penelitian Pusat Pengembangan Otak dan Kognitif Birkbeck, Inggris menunjukkan bahwa tanda dan gejala awal autisme dapat dideteksi dari pola aktivitas anak.
Lebih spesifik, menurut peneliti, Dr. Sarah Lloyd-Fox, autisme ternyata dapat terlihat hanya dengan memonitor respons anak terhadap sebuah permainan.
Ia juga menyebutkan tiga permainan yang dapat mendeteksi autisme anak. Ketiga permainan itu adalah permainan pura-pura, permainan menunjuk, dan permainan dengan gawai.
Permainan Pura-Pura
Permainan ini dimainkan dengan mengamati anak melalui imajinasi dengan cara berpura-pura. Misalnya, anak diberikan mainan telepon. Pada anak yang tidak mengidap autisme, ia akan berpura-pura bahwa dirinya sedang menelepon, yaitu dengan meletakkan gagang telepon di telinga.
Baca Juga
Advertisement
“Sebaliknya, jika anak tidak merespons mainan yang diberikan, maka patut dicurigai adanya kecenderungan autisme,” kata Sarah yang ditulis ulang oleh dr. Alberta Jesslyn Gunardi. BMedSc Hons mengutip Klikdokter, Jumat (22/10/2021).
Permainan Menunjuk
Salah satu gejala autisme yang mudah diamati dari perilaku anak adalah cara pandang terhadap objek yang dituju.
Dalam permainan ini, orangtua dapat menunjuk boneka kesayangan anak, lalu perhatikan cara pandang anak tersebut.
“Psikiater Kresno Mulyadi mengatakan, jika anak tidak memandang objek yang ditunjuk, bisa jadi dirinya mengidap autisme,” kata Alberta.
Advertisement
Permainan dengan Gawai
Sebuah penelitian menemukan bahwa gawai dapat mendeteksi gejala autisme pada anak. Kondisi tersebut bisa terdeteksi lewat cara anak menggerakkan jarinya.
Anak yang berpotensi autisme akan kesulitan menggerakkan jari saat menggunakan gawai.
Selain melalui permainan, autisme pada anak juga bisa dideteksi dengan memerhatikan dan mengamati tanda dan gejala yang terjadi. Berikut adalah tanda dan gejala yang dimaksud:
-Kurang atau terlalu reaktif terhadap informasi yang diterima melalui indra penglihatan, pendengaran, sentuhan, penciuman, rasa, dan kesadaran tubuh.
-Kesulitan memahami atau mengatur informasi sensorik yang diterimanya.
-Kesulitan menggunakan tubuh atau pikirannya untuk menanggapi informasi yang telah diterima.
-Kecenderungan untuk menghindari interaksi.
-Sulit fokus.
-Kontak mata terbatas dengan orang lain.
-Pernyataan berulang.
-Ketakutan yang intens terhadap benda, aktivitas, atau peristiwa biasa.
“Jika memang Anda menemukan adanya tanda ataupun gejala tersebut pada buah hati, jangan tunda untuk segera memeriksakan dirinya ke dokter spesialis anak.”
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Advertisement