Menakar Potensi BSI Garap Ekonomi Keuangan dan Syariah Indonesia

Bank Syariah Indonesia merupakan merger dengan tiga bank syariah milik BUMN.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Okt 2021, 18:42 WIB
Aktivitas pekerja di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI dinilai dapat memacu kinerja secara signifikan pada masa mendatang, ditopang kemampuan menggarap potensi ekonomi dan keuangan syariah di Tanah Air, khususnya pasar pembiayaan ritel dan wholesale.

Hal tersebut diungkapkan pengamat perbankan dari Universitas Bina Nusantara Doddy Ariefianto. BSI merupakan hasil penggabungan tiga bank syariah besar Tanah Air yaitu PT Bank BRIsyariah Tbk., PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah dengan kinerja yang sangat baik sebelum merger.

Doddy menilai dengan optimalisasi kinerja setelah terintegrasi potensi peningkatan pangsa pasar BSI pun masih sangat besar. Hal ini akan menunjang pertumbuhan bisnis yang lebih kuat lagi pada masa datang. Di mana hal tersebut tak terlepas dari sangat besarnya potensi ekonomi dan keuangan syariah yang belum tergarap secara optimal.

"Tentu saja potensi bank ini sangat besar. Potensi pasar pembiayaan dengan memanfaatkan penduduk Muslim nasional pun sangat besar. Dengan memanfaatkan itu saja potensinya BSI bisa terbang," ujarnya.

Mengacu data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga Januari 2021 total aset keuangan syariah hanya sekitar 9,6 persen dari total industri pasar keuangan di Tanah Air.

Adapun aset perbankan syariah hanya 6,4 persen terhadap total aset industri perbankan di Indonesia. Doddy menjelaskan melalui merger tiga bank syariah BUMN tersebut, BSI saat ini memiliki aset lebih dari Rp 200 triliun bahkan sudah mulai mendekati Rp 250 triliun.

Kekuatan modal pun terintegrasi dalam satu entitas bisnis yang lebih kokoh dari sebelum penggabungan. Bahkan dia menilai potensi pengembangan bisnis akan lebih baik lagi jika rencana penambahan modal oleh BSI dapat terealisasi pasca periode pandemi Covid-19.

Dia mengakui BSI juga telah memiliki basis teknologi yang cukup mumpuni dalam menggarap pasar digital banking. BSI pun menurut Doddy saat ini memiliki kemampuan yang belum dimiliki oleh bank syariah nasional manapun di Tanah Air.

"Di luar pembiayaan ritel, BSI ini juga memiliki kemampuan untuk menggarap pembiayaan sindikasi, yang akan lebih kuat lagi mendorong peningkatan kinerjanya," imbuhnya.

Dia melihat potensi pasar populasi muslim nasional yang sangat besar akan mampu digarap secara optimal setelah integrasi jaringan secara menyeluruh dilakukan.

Seperti diketahui, Indonesia memiliki populasi muslim sekitar 80 persen dari total jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 250 juta jiwa. Namun pangsa pasar bank syariah baru di kisaran 10 persen.

Selain itu, saat ini Doddy melihat banyak juga masyarakat non-muslim yang merasa cukup nyaman dengan model pembiayaan bank syariah. Hal itu pun akan menjadi target pasar yang menjanjikan.

Di sisi lain, Doddy berharap isu pandemi tetap harus menjadi perhatian utama bagi manajemen BSI dalam jangka pendek. Sebabnya, transformasi layanan perbankan saat pandemi akan pula menjadi penopang utama pertumbuhan BSI.

"BSI memang punya pasar yang berbeda. Tetapi tetap pasar tersebut di-drive oleh prospek bisnis riil yang saat ini masih dilanda pandemi," tuturnya.

 


Kata Manajemen

Pekerja melayani nasabah di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Pada 27 Januari 2021, BSI telah mendapatkan persetujuan dari OJK ditandai dengan keluarnya Salinan Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor 4/KDK.03/2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Terkait potensi bisnis BSI yang besar, Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan berdasarkan data proyeksi OJK dalam pertemuan tahunan jasa keuangan 2021 dan riset internal BSI, secara nasional pertumbuhan ekonomi syariah ada di kisaran 2,4 persen-3,7 persen.

Adapun pembiayaan dan penghimpunan dana pihak ketiga diproyeksikan tumbuh sekitar 13 persen-18 persen, serta kualitas pembiayaan sekitar 3 persen-3,5 persen.

Menurut Hery, pihaknya optimistis dengan jumlah populasi penduduk muslim Indonesia yang besar menjadi kekuatan dan target penetrasi ekonomi syariah yang saat ini masih sekitar 6,4 persen.

Persentase itu lebih rendah dibandingkan dengan negara mayoritas muslim lainnya di Asia. Dalam waktu dekat, seluruh jaringan BSI ditargetkan sudah terintegrasi dengan single sistem atau one system.

Proses integrasi tersebut terdiri dari migrasi nasabah, layanan kartu ATM hingga layanan perbankan digital. Seperti diketahui, BSI mulai beroperasi pada 1 Februari 2021 lalu. Penggabungan ketiga bank syariah BUMN menjadi BSI menyatukan kekuatan dan potensi yang bertujuan mengoptimalkan kinerja keuangan dan penggarapan ekonomi syariah Indonesia yang sangat besar.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya