Liputan6.com, Jakarta Indonesia memiliki bonus demografi yang mendukung pembentukan ekosistem digital yang berkelanjutan. Mayoritas penduduk Indonesia berasal dari generasi-Z dan milenial dengan rentang usia 8-39 tahun sehingga memiliki tingkat adopsi digital tinggi.
Tercatat sebanyak 37 persen konsumen baru ekonomi digital telah muncul selama pandemi COVID-19 dan 93 persen di antaranya akan tetap memanfaatkan produk ekonomi digital pasca pandemi COVID-19.
Situasi tersebut membuka peluang besar untuk melakukan transformasi digital dari berbagai sektor bisnis agar dapat berkontribusi penuh secara positif untuk mempercepat pemulihan ekonomi negara.
“Aktivitas ekonomi digital di Indonesia terus meningkat, 41,9 persen total transaksi ekonomi digital ASEAN selama 2020 berasal dari Indonesia yang mencapai USD 44 miliar dan di 2025 diproyeksikan mencapai USD 124 miliar,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangan tertulis, Jumat (22/10/2021).
Pertumbuhan pada sektor informasi dan komunikasi dipicu oleh pergeseran perilaku masyarakat ke arah “low-touch and contactless economy” terutama di masa pandemi. Tidak hanya itu, kondisi pandemi COVID-19 telah memicu perkembangan teknologi pendidikan dan kesehatan secara signifikan.
Seperti yang diketahui, perekonomian Indonesia berhasil tumbuh dan bahkan mencatatkan angka pertumbuhan tertinggi sejak pada triwulan II pada 2021 yang meningkat sebesar 7,07 persen year on year (YoY).
Sementara itu, perbaikan permintaan domestik membuat seluruh sektor usaha mengalami pertumbuhan positif di Triwulan II-2021, termasuk sektor informasi dan komunikasi yang tumbuh sebesar 6,87 persen (YoY).
Baca Juga
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bangun Ekosistem Digital
Perkembangan pesat digitalisasi di Indonesia juga memberikan peluang untuk melaksanakan Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai penggenapan dari komitmen global melalui tiga enabler yaitu sebagai berikut.
- Akses informasi dan layanan yang tersedia bagi setiap individu, baik di desa maupun perkotaan
- Konektivitas antar individu dan organisasi yang meningkat
- Efisiensi sumber daya dari peningkatan produktivitas
Contoh transformasi yang dilakukan guna mendukung SDGs adalah menerapkan konsep smart city, green city, dan sustainable city yang telah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dari 2020-2024.
Smart city didefinisikan sebagai pengaturan atau tata kelola perkotaan yang menerapkan teknologi untuk meningkatkan manfaat dan mengurangi dampak negatif urbanisasi yang mungkin ditimbulkan.
Implementasi Smart City dinilai perlu untuk mengatasi berbagai persoalan, seperti kemacetan, penumpukan sampah, penurunan kualitas air dan udara, hingga peningkatan angka kriminalitas.
Menko Airlangga juga kembali menegaskan bahwa pihak pemerintah melalui Gerakan “100 Smart City” telah menyusun masterplan dan quick win smart city untuk 100 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
Adapun fokus pembangunan Smart City ditekankan pada 6 pilar utama, yaitu smart governance, smart mobility, smart economy, smart living, smart people, dan smart environment.
“Pemerintah juga sedang menginisiasi penyusunan Kerangka Strategi Transformasi Digital sebagai pedoman dalam menerapkan proses digitalisasi yang diarahkan pada 3 sektor strategis,” kata Menko Airlangga.
Tiga sektor tersebut, yakni pemerintah Digital, ekonomi digital dan masyarakat Digital. Target tersebut akan dijadikan sebagai indikator secara sektoral maupun nasional.
Advertisement
Tantangan Demi Tantangan
Meskipun demikian, masih terdapat tantangan yang perlu diatasi bersama agar tercipta ekosistem ekonomi digital yang baik. Airlangga menjelaskan kalau Indeks Inovasi Global 2020 berada di peringkat ke-85 dari 131 negara dan masuk ke dalam skala sedang.
Ketersediaan akses internet masih didominasi di Pulau Jawa. Oleh karena itu, hal tersebut juga menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangan ekosistem ekonomi digital.
Upaya yang dilakukan adalah membangun infrastruktur digital agar dapat dijangkau di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini diharapkan dapat mendukung penguatan dan perluasan akses internet bagi masyarakat Indonesia sehingga transformasi digital dapat diakselerasikan.
Melalui transformasi digital diproyeksikan akan tercipta tambahan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 1 persen per tahun. Nantinya, dapat mewujudkan 2,5 juta lapangan pekerjaan, 600 ribu talenta digital setiap tahun, 50 persen digitalisasi UMKM, 82,3 persen pengguna internet, dan 5 ribu perusahaan rintisan baru.
Indonesia pun diharapkan sudah dapat mencapai berbagai peringkat yang lebih baik di tingkat global, seperti salah satunya dalam survei e-Government Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Apalagi Indonesia akan jadi emerging country pertama yang memegang tampuk presidensi G20 tahun depan sehingga kami juga butuh masukan dari dunia usaha untuk disuarakan ke tingkat global,” tutup Menko Airlangga.
Reporter: Caroline Saskia