Pejabat The Fed Dilarang Punya Saham

Untuk meredam kontroversi praktik investasi, pejabat the Federal Reserve (the Fed) dilarang memiliki saham hingga obligasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Okt 2021, 15:08 WIB
Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) umumkan larangan pejabat untuk memiliki saham, obligasi individu, dan pembatasan kegiatan lainnya. Ini upaya meredam berkembangnya kontroversi praktik investasi.

Larangan berlaku bagi para pembuat kebijakan seperti pejabat Federal Open Market Committee, termasuk staf senior. Selain itu, ada investasi masa depan yang harus dibatasi pada aset yang terdiversifikasi, contohnya reksa dana.

Pejabat the Fed tidak lagi memiliki atau membeli saham perusahaan tertentu. Tidak diperkenankan pula investasi dalam obligasi individu, memegang agency securities, atau kontrak derivatif. Aturan baru ini menggantikan yang sudah ada sebelumnya.

Bedanya kebijakan lama masih mengizinkan pejabat daerah membeli dan menjual saham. Pada peraturan baru tidak bisa lagi dibenarkan.

"Kebijakan baru ini sifatnya “keras” demi meningkatkan kepercayan publik. Kami melayani dan semua pejabat senior pun mempertahankan fokus utama pada misi Federal Reserve," ujar Chairman the Fed Jerome Powell, dilansir dari laman CNBC, Jumat (22/10/2021).

Dalam peraturan baru, bagi para pejabat yang ingin membeli atau menjual securities (perusahaan yang diperbolehkan) harus melakukan pemberitahuan 45 hari sebelumnya. Sedangkan untuk menjadi pemegang sekuritas sekurang-kurangnya menyampaikan pemberitahuan satu tahun sebelumnya.

Berdasarkan keterangan tertulis, pejabat pun tidak boleh membeli atau menjual aset saat terjadi tekanan pasar keuangan meningkat.

"Saya berharap tindakan cepat ini mungkin bisa meluapkan emosi dan segera kembali fokus pada pekerjaan lain di depan,” tutur President the Fed Atlanta Raphael Bostic.

Dasar pembuatan peraturan tersebut yakni ada beberapa pejabat the Fed yang lakukan jual-beli saham bersamaan ketika bank sentral merancang kebijakan guna peningkatan fungsi pasar. Apalagi kegiatan jual-beli saham dilakukan selama krisis saat pandemi COVID-19.

Sejak awal pandemi, the Fed membeli obligasi lebih dari USD 4 triliun atau Rp 56.610.4 triliun (estimasi kurs Rp 14.152 per dolar AS). Langkah ini merupakan upaya meningkatkan perekonoian dengan likuiditas dan suku bunga rendah.

The Federal Reserve juga membeli miliaran dolar AS obligasi korporasi di beberapa perusahaan besar di Wall Street. Tujuannya guna memastikan fungsi pasar.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Penyelewengan Kekuasaan

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Presiden regional dari Dallas Robert Kaplan (Regional Presidents Dallas) dan Eric Rosengren dari Boston mengundurkan diri tidak lama setelah dinyatakan bersalah. Pada kasus Kaplan, kegiatan terjadi pada 2020 dan transaksi berlangsung dalam jumlah besar.

Vice Chairman the Fed Richard Clarida juga tertera dalam laporan. Powell juga menjual securities tahun lalu. Meskipun mereka adalah dana yang diperdagangkan di bursa yang melacak indeks pasar. Ketua the Fed pun mempunyai obligasi daerah, kemudian dibeli Fed sebagai bagian dari langkah-langkah stimulus.

"Mungkin ini adalah langkah yang bijaksana, karena dapat membedakan antara transaksi orang dalam (pejabat the Fed) pada perdagangan umum yang terlihat 'memanfaatkan’ informasi’ untuk kepentingan pribadinya,” kata  director emeritus of the Center Monetary and Financial Alternatives di the Cato Institute George Selgin.

Pengumuman tersebut menegaskan presiden regional harus mengungkapkan transaksi dalam waktu 30 hari. Selain itu memenuhi persyaratan yang sudah ada untuk anggota dan staf senior FOMC.

Aturan baru akan dimasukkan secara resmi selama beberapa bulan. Kepemilikan saat ini harus didivestasikan, meskipun tidak ada jadwal yang diumumkan.


Carut-Marut Proyeksi Aturan Lama

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

“Kebijakan Fed yang lama memiliki ‘penglihatan’ buruk. Sehingga mereka (the Fed) membutuhkan aturan semacam ini. Saya tidak berpikir kita perlu merasa kasihan pada mereka (para pejabat the Fed). Mereka akan melakukannya dengan cukup baik dengan pengekangan ini,” tambahnya

Aturan baru ini keluar setelah pengungkapan baru dari New York Times kalau kantor etik the Fed mengirim email pada Maret 2020 kepada para pejabat yang memperingatkan terkait perdagangan karena pandemic memburuk. Pejabat bank sentral meluncurkan serangkaian tindakan darurat.

Senator Elizabeth Warren, D-Mass yang kritik the Fed mengatakan dia tidak akan mendukung Powell jika dia dicalonkan kembali untuk masa jabatan kedua.

 

Reporter: Ayesha Puri

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya